Mari Bicara

diah

Teman,
Kemarin malam aku ‘kancilen’. Tiba – tiba kok ingat iklan teh celup.., lalu jadilah tulisan di bawah ini. Daripada tak woco dhewe, tak share aja ke teman-teman, siapa tahu ada yang terinspirasi dari sini.

.

“Mari ngeteh, mari bicara”.. itu bunyi iklannya. Pernyataan yang jitu dan tepat memang. Secara psikologis orang akan merasa ‘diajak’ kalau mendengar atau melihat kalimat itu. Apalagi sekarang dilengkapi dengan figur-figur terkenal dalam masyarakat.

Dalam strategi pemasaran, yang lagi-lagi dasarnya adalah psikologi konsumen, itu adalah strategi yang handal. Dengan memunculkan tokoh-tokoh yang dikenal dalam masyarakat dari berbagai kalangan, mereka diharapkan dapat menjadi panutan atas perilaku yang diinginkan, dalam hal ini tentu saja adalah perilaku ‘ngeteh’nya itu. That’s not the point… Pointnya adalah perilaku ‘ bicara’ nya itu.

Bicara adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling dominan dibandingkan dengan bentuk2 yang lain, seperti tulisan atau bahasa tubuh. Dengan bicara orang menjadi jelas apa yang diinginkan dan apa yang dimaui, baik orang yang mengajak maupun yang diajak bicara. Pikiran dan perasaan kita dapat terwakili dan tersampaikan melalui kata-kata dalam pembicaraan. Dengan demikian antara dua orang akan dapat saling memahami apa yang dikehendaki masing – masing. Saling memahami ini merupakan unsur penting dalam sebuah hubungan.

Dalam konteks keluarga, tentunya ya suami, istri sekaligus sebagai ayah dan ibu, serta anak – anak, dan penghuni rumah yang lain. Berbagai suasana dan media bisa kita pilih untuk saling bicara, dan saya pikir ini sangat spesifik bagi setiap keluarga. Mau tahu di keluarga saya ?…hehe.. Kalau dengan anak-anak saya kira hampir sama dengan keluarga lainnya, misal saat nonton TV, makan, habis sholat maghrib..bisaa. Nah kalau dengan pasangan? Kami, ini mungkin ‘jadul’ banget dan ‘ndesit’..,dapat saling bicara banyak itu pada saat ‘petan’..cari uban suami (mungkin teman2 sudah tidak melakukan ini, tapi kami..selalu..). Saat itulah kami bisa saling bicara dari A-Z, mulai teman-teman kantor, sekolah anak2, keinginan dan cita-cita, masa depan, sampai kapan pajak motor harus dibayar. Ritual ini menjadi makin intens, karena kami merasakan manfaatnya.. dalam suasana serius tapi santai. Nah..kalau sudah, suami pasti liyer – liyer..dan istirahatlah dia..!

Jadi apapun media dan suasananya, yang penting adalah komunikasi jalan terus diantara kita.. So, bagi kami.. “mari ‘petan’,  mari bicara”.
Selamat berbicara…

Salam,
Diah Karmiyati

2 Replies to “Mari Bicara”

  1. Setuju Jeng Diah, asline “bicara al ngobrol” ki ya gayeng tenan kok. Btw baik di kantor or dg kluarga aku ya sok nganggo bahasa tubuh juga, cause ada seninya & ada perasaan so close. Yen Gelang sipaku gelang; Mari pulang, marilah pulang….

Leave a Reply to boedi m Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat