Abimanyu dan Siti Sendari

mama iraOleh Ira Sumarah Hartati Kusumastuti 

Senja temaram di taman Madukara. Limbuk, Cangik dan para Punakawan sedang bersenda gurau membicarakan suasana menjelang pernikahan Abimanyu dan Dewi Siti Sendari.

Limbuk : “Mak, sebenarnya itu ada apa, to ? Jeng Ayu Siti Sendari itu kalau disandingkan dengan Raden Abimanyu ya sudah jebles cuocook banget ya Mak, yang satu cantik satunya lagi bagus…kenapa mau dibatalkan?”

Cangik : “Mbuh Nduk, dengar-dengar sih, Prabu Baladewa yang minta pembatalan ini, karena Raden Lesmana Mandrakumara Pangeran Pati Hastinapura, pengin meminang Dewi Siti Sendari…”

Limbuk : “Lah gimana to? Mau meminang putri cantik kok naksir tunangan orang, khan masih banyak yang bebas… lha aku juga masih bebas to Mak…”

petrukPetruk : “Halah, kamu itu bercermin dulu, naksir Dewi Siti Sendari yang putri bidadari Dewi Pertiwi dan Hyang Wisnu kok disejajarkan dengan awakmu… blas nggak wangun…”

Limbuk : “Walah kok ngenyek … jodoh itu tidak selalu karena penampilan Kang…. mau cantik kaya bidadari kalau lenjehan, tidak setia, dan bawa neraka dunia …ya pilih yang pas-2 an kaya aku to, tapi dijamin setia ngga macem-macem…”

Petruk, : “Lha yen awakmu ki serba kurang…pas-pasan bagaimana…?”

Saat para punakawan sedang membicarakan bendaranya, di nDalem Ksatriyan, Arjuna merasa sangat terhina dengan penolakan pihak Dwarawati atas rencana pembatalan penikahan Abimanyu dan Siti Sendari. Dirobek-robeknya surat pembatalan yang dibawa Rd Walshata dan Rd Jayasamba. Mukanya memerah, tangannya gemetar…

Melihat kemarahan Arjuna, Abimanyu pun tidak bisa menahan diri. Ditariknya tangan Raden Walsatha dan diseret ke alun-alun sehingga terjadi perang tanding. Raden Walsatha kalah begitu juga Raden Jayasamba lari ketakutan lalu kembali ke Dwarawati. Abimanyu kembali menghadap ayahanda Arjuna. Disitulah Abimanyu dimarahi, dianggap seorang pemuda yang tidak pernah prihatin, tidak bisa menyenangkan semua pihak, kurang bisa bersosialisasi, pemuda yang membosankan.

Lontaran kata-kata marah itu membuat ruangan bagaikan terbakar. Semua yang ada dalam pendapa bagaikan bara api. Rasanya semakin panas saja, sampai-sampai tak tertahankan. Semakin lama tubuh Raden Arjuna gemetar dada berdetak kencang, tangan kanannya memegang tangkai keris Kyai Pulanggeni ingin segera ditusukkan pada perut Abimanyu. Saat iblis mengamuk dalam benak Arjuna… Pulanggeni pun meluncur menuju dada Abimanyu…Blarrrr !!!, suara menggelegar bak petir menyambar membuat Pulanggeni samplok jatuh terkena kibasan cinde Kyai Semar, yang menyelamatkan jiwa Abimanyu.

Badar wujud Ki Lurah Semar Badranaya, mukanya bersinar cahaya kadewatan, wujud Bathara Ismaya : “Arjuna…kalau memang kamu mengaku orang bijak, jika ada kejadian seperti ini, kamu harus mecari sebab musababnya. Kamu mengaku sebagai orang yang memiliki kehormatan yang tinggi. Tetapi ini semua hanya kesombongan yang bodoh. Yang kamu utamakan hanya nama baikmu sebagai penengah Pandawa, kebanggaanmu sebagai lelananging jagad. Kamu tidak melihat bahwa sumber perkara ini bukan anakmu, yang menyebabkannya, jangan hanya karena kebodohanmu yang sampai mengundang sifat sombong, Ini semua menyebabkan kemerosotan budi luhurmu. He.. Arjuna, aku pergi, akan aku dampingi anakmu mengusut semua ini!”

Arjuna seperti disambar petir… ucapan Kyai Semar dalam wujud Ismaya telah mengguggah kesadarannya… tetapi Abimanyu dan para Punakawan telah pergi dari hadapannya.

Di tengah hutan, Ki Lurah Badranaya, mengeluarkan aji-aji dari cupu manik astagina yang dimilikinya, Ki Lurah kemudian memberikan ilmu malih warna kepada Abimanyu, agar bisa berganti wujud menjadi siapa saja dalam rangka mengusut masalah pribadinya.

abimanyu-sendari

Sementara itu di taman Dwarawati Dewi Siti Sendari sedang masgul hatinya. Pembatalan pernikahan ini melukai perasaannya. Saat tampak sang ayah Bathara Kresna datang, sang putripun tetap menyambut dengan cemberut.

Kresna : “Anakku ngger Siti Sendari… jangan membuang muka begitu, masa ayahmu ini hanya engkau punggungi seperti itu ngger…”

Siti Sendari : “Rama, sudahlah jangan berbasa-basi, sebagai titisan Wisnu, Ramanda tentu tahu perasaan ananda. Tidak perlu membujuk, kalau mau dipaksakan juga aku harus menikah dengan kakang Lesmana Mandrakumara, mangga Rama… pada akhirnya di malam pernikahan Rama tinggal menyiapkan api pengorbanan, karena pasti jasadku memerlukan penyempurnaan setelah cundrikku mengantarkan aku di kematian…”

Kresna ; (mendekat dan menyentuh pundak Siti Sendari) : “Duh Jagad dewa bathara, anakku ngger, apakah sedemikian besar cintamu pada Abimanyu?”

Siti Sendari (mulai sesenggukan) : “Jagad menjadi saksi Rama, hanya kematian yang bisa memisahkan aku dengan kakang Abimanyu…”

Badar penampakan Kresna yang telah berubah menjadi Abimanyu, mereka saling berpelukan dengan erat seakan tidak bisa dipisahkan lagi. Atas nasehat Semar, Abimanyu pun membawa lari Siti Sendari dari Dwarawati.

Di kerajaan Amarta Prabu Puntadewa beserta saudara-saudaranya sedang membicarakan tentang digagalkannya perkawinan Abimanyu yang mengakibatkan kemarahan Arjuna yang mengusir Abimanyu

Hingga kini tak ada yang mengetahui dimana tempat Raden Abimanyu. Tidak lama kemudian datang Sri Kresna yang menjelaskan duduk perkara tentang digagalkannya perkawinan Abimanyu dengan Siti Sendari bersumber pada Sri Baladewa.

Atas kehendak Sri Kresna tidak usah diperpanjang perkara ini. Yang penting kini pencuri di tamansari Dwarawati harus diusir dulu. Sesudah itu baru perkawinan antara Abimanyu dengan Siti Sendari dibicarakan lagi.

Pencuri di tamansari Dwarawati tak bisa dikalahkan oleh siapapun. Baladewa maju ditandingi dengan Baladewa tiruan yang lebih sakti, begitupun ketika Bima dan Gatotkaca maju, selalu mereka seakan berhadapan dengan diri sendiri yang lebih sakti, karena pencuri itu bisa berubah-ubah wujud. Tetapi setelah Arjuna yang maju, pencurinya tidak mau merubah wujudnya menjadi Arjuna, justru ia lari sambil berkata: “Ampunkan hamba Rama , saya akan berdosa.” Seketika itu pencuri tadi berubah wujud menjadi Rd Abimanyu yang berdatang sembah pada Rd Arjuna.

Akhirnya dengan wejangan Hyang Ismaya dalam wujud Semar yang menguraikan mengenai pentingnya mengendalikan ketamakan dan mengutamakan kebahagiaan anak keturunan. Emosi Sri Baladewa dapat diredam, dan bahkan dalam hal ini tidak berbuat banyak. Malahan menerima tanggungjawab mengusir orang Astina dan Rd Lesmana Mandrakumara yang hendak mengambil Siti Sendari dengan paksa.

Perkawinan Angkawijaya dengan Siti Sendari terlaksana dengan tenang damai meriah tanpa aral melintang. Ucapan Siti Sendari bahwa hubungannya dengan Abimanyu hanya bisa dipisahkan dengan kematian, telah dicatat oleh Dewa… Kelak, dalam pengkhianatannya kepada Siti Sendari, Abimanyu meneima azab, mati muda dihujam ribuan panah (dirajam), dan Siti Sendari sebagai istri yang setia bela pati dengan mati obong.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat