Seorang perokok berat berkata, ” Merokok adalah hak pribadi saya, apapun bahayanya adalah resiko saya. Bukankah hidup ini milik saya sendiri?”
Saya katakan kepadanya, tidak demikian! Baik dalam ajaran agama maupun pertimbangan akal, hidup yang anda nikmati adalah milik Tuhan dan diperintahkan untuk digunakan untuk kemaslahatan Anda, keluarga, masyarakat dan umat manusia.
Anda mempunyai kewajiban terhadap mereka. Sabda Nabi Muhammad saw : “Sesungguhnya jasmani Anda memiliki hak atas diri Anda.” Kewajiban itu lahir akibat penggunaan perbagai fasilitas yang di anugerahkan Tuhan dan diolah oleh masyarakat. Apabila Anda meyia-nyiakan hidup, maka akan Anda apakan hak-hak orang lain yang merupakan kewajiban Anda itu?
Semua sikap dan tindakan seseorang memberikan dampak positif atau negatif, kecil atau besar terhadap lingkungannya. Anda keliru jika menduga bahwa merokok adalah urusan pribadi. Bukankah Anda mengepulkan asap rokok ke udara dan kami yang tidak merokok terpaksa harus menghirup udara yang telah dinodai nikotin rokok Anda, paling tidak aroma rokok Anda ?
Perlu Anda sadari bahwa kita semua adalah produk lingkungan yang dihasilkan oleh banyak pihak. Cinta, kita kita peroleh dari ibu, bapak, keluarga dan kita semua. Pengetahuan kita peroleh dari guru-guru kita, juga dari pengalaman kita atau orang lain. Rasa aman diperoleh dari kehadiran polisi, tentara, dan para hakim yang bijaksana dan jujur. Kita berteduh di bawah pohon yang ditanam oleh generasi lalu sambil menikmati buahnya, wajarkah kita melakukan sekehendak hati kita ?
Tidakkah kita terpanggil atau merasa berkewajiban untuk menanam, walaupun hanya sebatang pohon, agar bisa dipetik buahnya oleh generasi berikutnya? Kalau demikian wajarkah Anda berkata, “Saya bebas melakukan apa saja.” Bahkan, wajarkah seorang penganut paham yang menyatakan, “Saya bebas melakukan apa saja selama tidak melanggar hak orang lain?”
Ini adalah pandangan filsafat materialisme yang penganutnya sangat egoistis. Agama tidak mengajarkan demikian. Yang diajarkan dan dipujinya adalah “mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain.”
Tuhan memuji sekelompok sahabat Nabi yang mengutamakan orang-orang lain atas diri mereka, sekalipun mereka sendiri dalam kesusahan. Ini jelas berbeda dengan sementara perokok, yang mengutamakan kepentingan atau kesenangan diri sendiri walaupun orang lain terancam bahaya.
Wallahu a’lam bish-shawab
Disadur dari Lentera Hati, M Quraish Shihab.
hai temen2
omong2 ttg merokok, memang ada 2 sisi yang kontradiktif, sisi positif dg merokok kita memberi lapangan kerja untuk para buruh scr nggak langsung, menambah devisa negara, sbg sponsor untuk olah ragawan, musik,iklan tv dll, menambah penghasilan rumah sakit dan para dokter kalau sakit he…he…, jadi disini para perokok seharusnya diberi sertifikat penghargaan lho, semakin banyak merokok semakin tinggi sertifikasinya,betulkan….? di sisi lain yang merugikan sy kira semua udah paham,.nah bagi yang pingin melarikan diri dari cengkraman rokok, sebaiknya janganlah, kan kasihan para buruh rokok, olah ragawan, pemain band dll kalau semua pabrik rokok bangkrut.
sebenernya ada program penghentian rokok dari perusahaan farmasi aventis dll atau kalau mau lebih murah pakai program substitusi, kalau pingin merokok segera ganti dg permen karet, karet tanpa permen,gulali,kacang atom atau kalau ada inex yo keno hi..hi…