Ayo Bisakah Kalian Wujudkan Mimpimu
(Catatan Pengalamanku Menjadi Guru SD Sehari) oleh Widyanti “Merry KusumaryaniHore !! Aku Jadi Pengajar di Kelas Inspirasi Solo
Bulan Januari sudah berakhir tapi masih belum ada khabar aku ikut lolos apa tidak dalam Kelas Inspirasi Solo? Ya Allah SWT, jika memang belum kau ijinkan aku melakukan sesuatu untuk anak-anak SD di Solo, maka aku terima saja barangkali kali lain ada kesempatan itu. Begitulah isi pikiranku sampai Februari telah melewati beberapa hari.
Waktu itu aku sedang rapat di kantor kira-kira jam 11 HP ku berbunyi, panggilan dari nomer tidak kukenal. Jujur aku paling enggan nerima telpon dari nomer yang tidak kukenal, biasanya hanya menawarkan sesuatu saja. Akupun keluar ruangan dan menerima telepon. Ternyata dari Pak Anto yang menyatakan kalau saya terpilih untuk mengajar di KI Solo tanggal 20 Februari 2013. Wuiiih …Hore senengnya. Langsung aku lapor coordinator di kantor untuk absen tanggal 20 s/d 22 Februari 2013.
Aku menduga briefing tgl 16 akan diadakan di Jakarta, ternyata diadakan di Solo…..yah aku mohon maaf tidak bisa hadir karena bertepatan dengan tugas menyelesaikan laporan di kantor. Jika briefing di selenggarakan tgl 19 atau 18 Februari mungkin aku bisa ikut hadir. Mungkin salahku juga sih tinggal di Jakarta kok mau ngajar di Solo. Usulan juga nih buat panitia mungkin lain kali bisa dipertimbangkan briefing yang berdekatan dengan tanggal mengajar sehingga kalaupun para pengajar ambil cuti sekalian 2-3 hari.
Berapa Banyak Yang Berpendidikan SD?
Karena kebiasaan di pekerjaan sehari-hari, untuk memulai suatu rencana kegiatan kita mesti melihat dulu latar belakang atau kondisi terkait dengan topik. Maka aku cari-carilah data tentang penduduk menurut tingkat Pendidikan SD di Solo. Sayangnya aku tidak ketemu data terbaru. Biasalah data tahun 2011 baru bisa di baca tahun 2012, jadi data tahun 2012 juga pasti belum siap dibaca (tapi pasti sudah ada datanya), sedangkan data tahun 2013 wah mesti sabar menunggu tahun ini berlalu dulu. Monggo dipirsani (terjemahan: silakan dilihat)
Gambar diolah dari Surakarta Dalam Angka 2011, berdasarkan Monografi Kelurahan
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ternyata masih cukup banyak penduduk Solo yang berusia 5 tahun ke atas yang tidak tamat SD, belum tamat SD dan yang Tidak Sekolah. Rata-rata di kelima kecamatan yang ada di Solo (alias Surakarta) dari jumlah penduduk usia 5 tahun ke atas di kecamatan tersebut hanya 18 persen yang menamatkan SD. Yack, inilah yang harus jadi perhatian….Tidak Tamat SD dan Tidak Sekolah. Data dari PSP Kemendiknas untuk tahun 2010 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kasar untuk Solo 119,88 dan APS Murni 97.79. Artinya ada anak/orang yang berumur di bawah 7 tahun atau di atas 12 tahun yang sedang bersekolah SD. Sedangkan untuk anak berumur 7-12 tahun yang saat itu bersekolah SD hanya 97 persen, jadi masih ada 3 persen anak usia tersebut yang tidak sekolah SD. Wah kalau saja aku punya raw datanya, bisa kita lihat lebih jauh siapa atau profile mereka yang Tidak Tamat SD dan Tidak Sekolah ditinjau berdasarkan umur dan pendapatan/pengeluaran rumah tangga, pendidikan orang tuanya dsb…dsb. Mari pak Rudy (FX Hadi Rudyatmo, walikota Solo), apakah sudah dilihat APS ini untuk setiap tingkatan sekolah?? Negara berkembang umumnya Semakin tinggi tingkat pendidikan APS makin mengecil, dan APS perempuan lebih kecil daripada APS laki-laki. Hei….Hei Stop, kok jadinya keterusan membahas data.
Little Asia, Pejaten Village 14 Februari
Karena aku wong Solo maka aku tenang-tenang saja sudah ada rumah di sana, tinggal cari tiket pesawat tanggal 19 Februari 2013 siang hari. Beberapa relawan dari Jakarta mbak Ochi (Yosephine Aristiti Setyarini), Mbak Rizky Amelia, mas Sano (Ekhsan Hari Nuryanto) dan mas Aang (Heriyono Adi Anggoro) mulai aktif berkomunikasi melalui SMS dan email, dan kemudian terbentuklah group Whatsapp KI Jkt-Solo yang beranggotakan. Mas Aang, Mas Sano, Mas Fahmi, Mbak Rizki, mbak Ochie, Mbak Arini, mbak Mutiara, Mbak Tati Rahma dan aku.
Dari komunikasi tersebut terpancar semangat dari setiap relawan untuk segera beraksi. Untuk memantapkan langkah dan tukar menukar informasi persiapan mengajar, maka group sepakat bertemu di Pejaten Village (Penville) hari Kamis 14 Februari 2013 setelah jam kantor berakhir. Pertemuan harus diadakan hari itu karena esoknya tanggal 15 Februari mas Aang sudah terbang ke Solo siap untuk mengikuti briefing tanggal 16 Februari di FKIP. Oleh karena itu pula maka amanat tugas dibebankan kepada mas Aang dan mbak Rizky untuk menginformasikan apa yang diberikan dalam briefing nanti. Dalam pertemuan tersebut mbak Rizky membagi informasi tentang boleh tidaknya menggunakan LCD, infocus, mas Aang dan mas Ekhsan yang akan mempersiapkan game, ada yang memperlihatkan foto SD tempatnya mengajar (yang dikirim oleh fasilitatornya), mbak Ochi yang akan menggunakan mainan lego milik putrinya Lala dan gambar gedung-gedung tinggi, mencoba menggagas Lesson Plan, dsb, dsb. Jujur aku agak iri mendengar ada beberapa teman yang sudah akrab berkontak ria dengan fasilitator kelasnya, malah ada yang mau dijemput fasilitatornya segala….sementara aku tidak di kontak fasilitator (galau.com).
Persiapan…persiapan menuju 20 Februari 2013
Ternyata Tuhan mengerti perasaan iri ku, dalam perjalanan pulang dari Penville aku di telpon oleh fasilitator (baru) yang namanya tidak tercantum sebelumnya dalam daftar group SD Dukuhan. Mbak Helmi Ukhty Yulia namanya. Nah sepanjang perjalanan pulang itulah aku terus berkomunikasi dengan mbak fasilitator tersebut.
Tanggal 16 februari 2012, tentu yang berada di Solo sudah briefing, tapi sampai jam 10 masih belum ada laporan masuk dari wakil tim KI Jkt-Solo…di group WA KI Jkt-Solo sudah bertubi-tubi menanyakan laporan mas Aang. Akhirnya sekitar jam 11-12 barulah ada laporan pandangan mata tentang briefing tersebut dari mas Aang. Waduh, aku perlu minta maaf kepada groupku SD Dukuhan Kerten karena tidak ikut menghadiri briefing khusus kelompok ini.
Hari-hari berlalu, aku masih memikirkan apa yang mau aku lakukan tanggal 20 itu. Aku pikir kelas 1 s/d klas 4 belum bisa diajarkan konsep-konsep, harus dengan permainan. Kalau klas 6 saya kira sudah bisa tanpa permainan. Profesiku adalah peneliti demografi, bingung juga mau memperagakan apa karena aku kan pengajar mata kuliah Keluarga Berencana masa anak-anak precil dan beyes begini dikenalin kontrasepsi. Pikir-pikir akhirnya aku pilih tema pertambahan penduduk dan keterbatasan daya dukung lingkungan saja. Jadilah aku bikin dua scenario, untuk klas 1 s/d 4 akan aku buat roleplay keluarga-keluarga dengan profesi bermacam-macam dan kemudian pindah tugas, pernikahan, memiliki anak untuk menggambarkan perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah karena migrasi in-migrasi out, kelahiran, kematian. Sedangkan untuk kelas 6 aku menyiapkan slide piramida penduduk dan beberapa gambar aktivitasku. Selasa 18 Februari, pulang kantor mampir toko kertas beli karton warna-warni, lem dan double tape buat merekatkan tulisan. Kertas bertuliskan peran anggota keluarga dan profesi ini nanti akan menjadi ikat kepala para siswa klas 1 s/d klas 4. Jadilah malam-malam membuat prakarya, he he he terpaksa deh minta bantuan suami….makasih ya Pa.
Selasa 19 Februari pesawat mendarat agak keras di Adisumarmo, cuaca memang kurang baik sejak dari atas. Mulai SMS an dengan fasilitator dan beberapa relawan inspirator group SD Dukuhan Kerten merencanakan untuk bertemu di wedangan. Jadilah pertemuan perkenalan dengan Mas Suwarmin, Bang Syarif Thoyyib, mbak Reni Agustin dan mbak Noer Roqqiyah Sri Murni Lestari. Sambil minum wedang jahe sereh, kami berbagi informasi rencana mengajar besok pagi. Tampaknya Bang Thoyyib yang paling PD diantara kami, maklum boss di kantor tempat kerjanya mendukung banget katanya. Apalagi ternyata Bang Thoyyib dibekali dua orang Asrot (Asisten Sorot) heibat lha yauw.
Hari “H” Rabu, 20 Februari 2013
Sejujurnya malam tanggal 19 Februari aku malah tidak bisa tidur, pikiranku masih berputar-putar membuat skenario cerita, sebenarnya aku ingin membuat teks script biar anak-anak baca …seperti sandiwara begitu…..itu keinginanku. Pagi-pagi jam 05.30 WIB HP bunyi, wah sudah diingatkan oleh mbak Helmi sang fasilitatorku. Jam 06.30 Adikku sudah memburu-buru :”Ayo Bu Guru ini bagaimana, kok belum berangkat”. Ambil ransel dan property perlengkapan uwuz…uwuz……menuju SD Dukuhan Kerten.
Mengajar kelas 2A:
Setelah “upacara” perkenalan di lapangan dengan para guru dan anak-anak, mulailah “ujian” buatku bisa apa tidak ya menjadi Bu Guru. Kelas 2 A, kelasnya ibu Surtini menjadi kelas pertamaku, LCD sudah terpasang rapi, sudah disetting oleh yang membawakannya. Mulailah aku bagikan kertas karton dan kubuat set satu keluarga, satu keluarga. Waduuh, namanya anak-anak ternyata tidak bisa melepas double tape, malah banyak yang robek. Duuh….duhhh, sabar ibu guru. Akhirnya aku harus memasangkan satu persatu karton tersebut di kepala mereka. Syukurlah mbak Helmi datang membantuku. Ada yang rambutnya panjang, harus aku kucir dulu, sayang kalau ada helai rambutnya kena isolasitape. Ayo anak-anak bantu Bu Guru, pegangin dulu rambut temannya.
Beres semua sudah pakai ikat kepala, sekarang kita nyanyi dulu ya sebelum mulai main sandiwara. Lagunya Iwak peyek nasi merah, aku sukses karena bersekolah…..Ayo berdiri semua. “Hore Iwak Peyek” sorak sorai mereka, ya lagu ini pastilah mereka tahu, sepertinya tidak ada yang tidak ikut bergoyang dan menyanyikan lagu ini. Setelah duduk kembali, mulailah aku tunjukkan slide gambar Candi Borobudur, Tugu Monas, dan Jam Gadang. Dua yang pertama bisa mereka jawab dengan tepat tapi Jam Gadang mereka tidak tahu di mana. Kubuka wawasan mereka dan informasikan tentang Bukit Tinggi di Propinsi Sumatra Barat.
“Anak-anak, sekarang kita umpamakan, kita anggap baris paling ujung ini adalah Kota Solo, Baris Kedua ini adalah Magelang, dan sebelah sini adalah DKI Jakarta dan yang diujung adalah Propinsi Sumatra Barat. Coba kita hitung, berapa orang yang duduk di kota Solo, Magelang, Jakarta dan di Sumatra Barat?”
Mulailah kupindah-pindahkan tugas Pak Polisi, Pak Dokter dan lain-lain, ada yang bersama keluarga, ada yang Eyang (kakek/nenek) ditinggal tidak ikut pindah. Kemudian kuminta mereka menghitung lagi sekarang di masing-masing kota tersebut. Skenario selanjutnya aku “menikahkan”, anak yang sudah menjadi Pilot dengan anak yang menjadi Pramugari…..jadilah satu keluarga lagi dengan anak umur kurang dari 2 tahun. “Horee….ha ha ha jadi penganten ha ha ha” kelas langsung menjadi riuh rendah dengan tawa mereka.
Dari skenario tersebut maka anak yang duduk di DKI Jakarta menjadi dua kali lipatnya semula. Apa yang terjadi anak-anak? Bangkunya cukup apa tidak? Ada yang terpaksa berdiri? Mulailah aku chek dan review pemahaman mereka. Dua anak yang menjawab benar aku beri souvenir. Masih enak-enak ngoceh, fasilitator datang dan mengisyaratkan harus ganti pengajar lain. Weizz, gak ada yang bantu mencopot LCD, laptop dsb (karena yang tadi bawa sudah pulang)…… refot…..refot sekali. 4 orang anak membantu membawakan gulungan kabel, Infocus, lap top dan property karton. Giliran berikut kelas 4A di lantai atas.
Mengajar Kelas 4A
Ternyata aku diberi istirahat oleh fasilitator, jadi aku mengajar lagi jam ke tiga yaitu jam 09.00-09.45. Kebingungan terjadi harus memasang Infokus sendiri, bagaimana kok tidak pas terus nih screennya. Untunglah guru klas 4A pak Agus bergegas membantuku. Mulai kubagikan kertas karton, duuh ternyata gaduh sekali, baru dibagi sebelah kiri yang disebelah kanan sudah maju semua minta. Dan ternyata lagi-lagi mereka tidak bisa melepas double tape. Kembali kesibukan aku harus memasang ikat kepala di setiap anak.
Mulai pelajaran, sama urutannya dengan tadi di kelas 2 tetapi pengalaman tadi di kelas 2A melebihi waktu 45 menit, maka di kelas 4 ini aku harus mempersingkat. Karena jam 10.45 adalah waktu istirahat buat para siswa, kasihan kan kalau waktu istirahat mereka terpotong gara-gara aku memakai waktu mereka di kelas terlalu panjang. Lagi-lagi mereka tidak mengenal kota Bukit Tinggi, mereka menyerukan “Padang” ketika slide Jam Gadang aku tunjukkan. Anak-anak kelas 4A ternyata tidak bisa diatur seperti kelas 2 A tadi. Komposisi anggota keluarga berantakan, ada yang seharusnya jadi anak keluarga di Solo tapi duduk di Bukit Tinggi. Apalagi Jumlah murid juga tidak sebanyak kelas 2 A tadi, mungkin ada yang tidak masuk sekolah …..Hadeuh skenario perpindahan keluarga jadi morat-marit….yang penting jalan aja lah. Giliran skenario menikah, aku panggil anak laki-laki yang ikat kepalanya bertuliskan Dokter dan anak perempuan yang memakai ikat kepala Ir. Pertambangan. Seperti tadi begitu aku bilang mereka menikah, wah si Ir Pertambangan protes :”Bu saya nggak mau Bu kalau sama dia”. Waduuh tambah berantakan deh skenario sandiwaraku.
Akhirnya bel tanda waktu istirahat berbunyi, Pak Agus datang lagi. Sesi kelas 4A aku akhiri dengan bersama-sama melakukan Tepuk Semangat, Semangat Sekolah. Ayo kita berfoto dulu….tapi karena keterbatasan ruang kelas maka pak Agus kesulitan mendapatkan ‘angle’ untuk membidik. Anak-anak tanpa diminta membantu membereskan peralatanku dan membawanya turun ke kelas 6A.
Mengajar kelas 6 A:
Karena ada jeda waktu istirahat, maka kupergunakan untuk mempersiapkan LCD ku. Untuk kelas 6 aku hanya mengandalkan slide saja. Anak-anak kelas 6A memberitahukan bahwa stop kontak tidak menyala karena tadi juga tidak bisa dipakai sehingga harus dihubungkan stop kontak di kelas 5. Waduh ternyata benar, kacau benar nih. Untunglah ada asistennya Bang Thoyyib yang ikut membantuku. Nasib deh, klas 5 pun tidak menyala, jadi dibawa ke klas 1. Untung (dasar orang jawa), ada pak Ngadino yang sepertinya teknisi di SD Dukuhan Kerten turun tangan, stop kontak di kelas 6 dibongkar dan diperbaiki. Alhamdulillah, akhirnya bisa menyala. Oh ternyata aku mengjar jam kelima, jadi aku masih bisa istirahat dulu. Jam ke empat untuk kelas 6 adalah jamnya mbak Yunita yang staf sebuah Bank di Solo.
Sambil menunggu giliran mengajar aku jalan-jalan mengelilingi sekolah dan bertemu dengan ibu-ibu yang menunggu putra putrinya di kelas 1. Dari mereka aku mengerti bahwa anak-anak kelas 1 -2 biasanya jam 10.30 sudah pulang, tetapi karena hari ini istimewa ada pelajaran inspirasi maka mereka penuh sampai jam 12 siang. Wah kasihan juga nih hari ini jadwal rutin anak-anak dan para ibunya bertambah panjang. Aku bertekad untuk menepati waktu, jangan sampai mereka bertambah siang lagi pulangnya gara-gara aku. Padahal giliranku mengajar kelas 1 justru jam terakhir jam keenam. Sedang menyeberangi lapangan, tiba-tiba ada Bu Guru yang tergopoh-gopoh keluar dari klas 1 dan bercerita bahwa ada siswa kelas 1A yang bernama Ekhsan (bukan miniaturnya Mas Sano pengajar dari Jakarta yang bertugas di SD Sawahan kan ???) nakalnya luar biasa, dia merebut pensil temannya yang tadi mendapat hadiah dari pengajar KI, siswa ini bahkan berani memukul dan berkelahi dengan temannya sampai baju temannya robek. Menurut informasi beberapa Guru, kelas 1A dikategorikan nakal dan susah diatur. Alamak…..aku jadi berpikir ulang jika akan memberikan hadiah untuk yang bisa menjawab pertanyaan di akhir pelajaranku.
Jam sudah menunjukkan jam 10.45, aku sudah siap masuk kelas, tetapi mbak Yunita belum selesai. Aku duduk menunggu di luar kelas. Wah ternyata sampai jam 11.00 mbak Yunita belum selesai juga. Padahal kalau ini sudah mundur seperempat jam bagaimana aku bisa menyelesaikannya tepat waktu, padahal jam 11.30 aku sudah harus masuk kelas 1A. Terpaksalah aku menunjukkan diriku di pintu dan member isyarat agar mbak Yunita, ibu bankir ini segera selesai.
Siswa kelas 6 menunjukkan perhatian pada gambar desktop di notebook ku, “Ibu sekolah disitu ya? Hawaii Five –O ya Bu” (kebetulan gambarnya memang University of Hawaii). Ah baguslah mereka tahu tentang Hawaii Five-O, jujur film itu juga merupakan mimpiku dan aku tidak pernah menyangka bahwa aku pada suatu hari bisa berada di kantornya detektif Steve Mc Garret, Danny, Chin Ho dan Zulu, serta bisa menonton King Kamehameha Parade.
Mulailah satu persatu slide kupaparkan mulai dari lima negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Bagaimana kalau suatu negara jumlah penduduknya banyak tetapi hanya berpendidikan SD saja, lalu piramida penduduk dan masing-masing konsekuensinya, kaitan antara penduduk dan lingkungan hidup. Dua pertanyaan aku lontarkan, satu tentang Sensus Penduduk yang dijawab oleh seorang siswi dengan tepat dan satu pertanyaan tentang Pertambahan Penduduk yang dijawab oleh Seorang siswa. Setelah itu aku tunjukkan slide tempat kerjaku dan beberapa kegiatanku mewawancari responden penelitian di atas perahu, jalan kaki masuk hutan dsb. Kemudian aku tunjukkan slide windmollen, mereka bisa menjawab “Negeri Belanda”, Eiffel =”Paris”, Great wall =”China”. Kutanya apakah ada yang ingin pergi ke sana, ada yang dengan sangat keras menjawab: ”Wah itu mimpi namanya Bu”. Touch !! Masuklah ceritaku tentang mimpiku waktu kanak-kanak, aku tahu tempat-tempat yang mereka sebut itu hanya dari gambar kalender. Slide kuganti dengan beberapa Icon negara tersebut, tetapi ada aku di sana. Bermimpilah anak-anakku, dan ayo wujudkan mimpimu. Aku tanya kenapa kalian merasa tidak bisa ke sana? Jawaban paling keras adalah:” mahal lho Bu buat ke sana, kami nggak punya uang”. Sekarang memang itu hanya mimpi anak-anak, tapi kelak kalian bisa bekerja sehingga punya uang dan bisa pergi ke sana, kalaupun tidak punya uang masih ada kesempatan cari bea siswa untuk ke sana. Tepuk Semangat!!!
Mengajar klas 1A :
Jam terakhir dengan anak-anak kelas 1, benar-benar paling tidak bisa duduk diam, ada saja yang berjalan kesana kemari bahkan ada yang hampir tersandung kabel. Kubagi ikat kepala karton, ya ampun mereka saling berebut…sabar…sabar bu guru. Ekhsan benar-benar tidak bisa diam, kebetulan dia duduk dekat dengan infocus. Anak ini berjalan kian kemari dan bolak-balik menyentuh Infocus, melongokkan kepalanya sehingga di dinding terlihatlah kepalanya, tangannya. Kumulai urutan seperti di kelas 2, menyanyi dan kemudian membagi baris bangku menjadi Kota Solo, Magelang, Bukit Tinggi dan Jakarta. Pada waktu aku tunjukkan gambar Jam Gadang, seorang siswa, Bima namanya berseru : ” Ibu saya lahir di situ Bu”. Aha….Mulailah bu guru berceloteh:”Anak-anak, Bima ini lahir di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, terus sekarang dia tinggal di Solo….Jadi orang di Sumatra Barat kurang satu, tapi di Solo tambah satu. Sekarang Ekhsan, kamu lahir di mana” di jawab di Solo. “terus kalau besar nanti kamu mau tinggal di mana” di jawab olehnya “di Jakarta”. (Yeee…kena deh kau), kalau begitu Ekhsan pindah tempat duduknya di baris Jakarta ya. Siip untung anaknya menurut, amanlah infocusku dari keusilannya.
Akhir sesi aku tanyakan, bagaimana dengan Jakarta sekarang, banyak orang tinggal di sana, kursinya tidak cukup. Mereka menyahut…macet Bu,…….banyak sampah,…..sungainya kotor,…….kalau hujan banjir. Cukup di sini dulu konsepnya, semoga ini akan menjadi dasar pengertian demografi bagi mereka. Acara selanjutnya adalah para siswa menuliskan cita-citanya dan kemudian menempelkan di whiteboard.
Acara penutupan KI di SD Dukuhan Kerten, dimeriahkan dengan munculnya badut berbaju merah yang mengajak bernyanyi, bermain dan sulapan. Selanjutnya seperti acara pembukaan pagi hari tadi, penutupan dilakukan di lapangan dipimpin oleh Bapak Wardoyo, Penilik Sekolah untuk wilayah Kecamatan Laweyan. Sambil menyanyi sayonara…sayonara …sampai berjumpa pula, 400an siswa SD Dukuhan Kerten berkeliling bersalaman, toss atau cium tangan satu persatu dengan para guru dadakan sehari. Nggak terasa mataku sudah kembeng-kembeng (berkaca-kaca mau menangis), perasaanku terharu biru anak-anak sebanyak ini, bagian dari penentu masa depan bangsa. Semoga, dan semoga apa yang kalian terima hari ini tanggal 20 Februari 2013 dapat menjadi satu percik api semangat yang kian lama kian membesar dan menggelora….semangat untuk mewujudkan mimpi kalian.
Setelah acara penutupan, kakiku benar-benar menyerah aku nggak sanggup untuk mengikuti evaluasi di Mojosongo. Aku memilih pulang dan meluruskan kaki di rumah. Keesokan harinya aku harus memanggil tukang pijat dulu agar kakiku agak enakan dan bisa pergi ke luar rumah.
Dua Hari Setelah KI
Tibalah hari untuk kembali ke Jakarta, kembali kepada “sawah”ku. Sengaja aku berangkat awal ke bandara adi Sumarmo karena aku mau mampir dulu ke SD Dukuhan Kerten untuk melihat cita-cita anak-anak yang kemarin belum sempat aku baca. Alangkah kecewanya daku melihat whiteboard banyak yang kosong, banyak tulisan cita-cita sudah tidak ada lagi menempel di sana. Kata bapak-ibu guru (asli) SD Dukuhan Kerten banyak kertas tulisan cita-cita yang terlepas, tertiup angin dan terkena hujan. Sampai di Jakarta aku tulis email kepada teman-teman pengajar KI SD Dukuhan Kerten menceriterakan hal ini, dan mengingatkan ke depan mungkin bisa dilakukan lebih baik lagi. Harapanku kelak jika anak-anak ini sudah “jadi orang” dan menengok SD nya masih bisa melihat cita-cita yang mereka tuliskan itu.
Aku tersenyum sendiri membaca beberapa tulisan cita-cita anak-anak yang tersisa di whiteboard Mading Inspirasi. Rizky (wah apa ini miniaturnya Mbak Rizky Amelia pengajar KI dari Jakarta untuk SD Bibis Wetan?) cita-citanya menjadi marinir angkatan udara he he he. Vira tampaknya terinspirasi sinetron nih, setelah sederet macam-macam, ingin “jadi wanita yang tegar, kuat dan tegas terhadap sesuatu yang terjadi”. Tapi ada yang agak aneh, sayang ternyata tidak masuk dalam jepretanku. Ada yang menuliskan cita-cita “Huru Har”…waduuh apa ya maksudnya? Kalau yang diinginkan adalah menjadi Pasukan Pengendali Huru Hara (PHH) masih OK lah, tapi kalau yang dimaksud adalah provokator dalam demo…kan berabe nih. Jangan-jangan anak ini sering melihat demonstrasi di depan Gedung DPR (bagaimana ini mas Aang Anggoro, pengajar KI dari Jakarta untuk SD Munggung?).
Lengkap sudah kutuliskan pengalamanku menjadi guru SD sehari. Terimakasih kepada relawan Group WA KI Jkt-Solo yang membagi semangat kepadaku, kepada panitia dan fasilitator di Jakarta maupun di Solo yang telah memberi kesempatan padaku untuk mengenalkan demografi kepada anak-anak. Terima kasih pula kepada para Guru dan anak-anakku SD Dukuhan Kerten yang telah menerima aku. Kepada Ibu Indaryati, kepala SD Dukuhan Kerten, saya do’akan semoga Allah SWT memberikan kesembuhan, segera sehat wal a’fiat dan kita bisa berjumpa. Amin.