Habluminallah dan Habluminannas

Pengantar Yudi
Pada posting yang lalu, tentang artikel mendonorkan jasad bila seseorang meninggal yang dikirim oleh Agustin Candrawati, ada comment dari beberapa pembaca, diantaranya dari Didiet Priatmaji, yang mempertanyakan kutipan tulisan Cak Nun “Gusti Allah Tidak Ndeso” di artikel tersebut.  Berikut ini lanjutan comment-nya, yang –karena cukup panjang– diposting sebagai artikel tersendiri. Selamat membaca dan silakan berikan ulasan anda.

.

didietAssalamu’alaikum wr wb.
Dewasa ini banyak pemikiran2 baik yang tertulis di buku, artikel, media dsb yang sepintas sepertinya baik tetapi sesungguhnya tersembunyi hal-hal yang membahayakan akidah Islam.  Salah satunya adalah buku Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) yang berjudul ”Gusti Allah tidak nDeso”.  Dalam bukunya tsb Cak Nun menulis diantaranya adalah tentang ”pilihan” yang diajukan cak Nun tentang 3 macam orang :
Pertama :    orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.
Kedua :    orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga :    orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang.

Dan dengan penuh keyakinan cak Nun pilih yang ketiga.  Inilah yang perlu dikritisi karena sangat membahayakan akidah, karena seolah2 cak Nun menyuruh (orang Islam) tidak usah sholat, tidak usah baca Al Qur’an, yang penting berbuat baik kepada sesama yaitu diantaranya suka beramal, tidak korupsi & penuh kasih sayang, dsb.

Mari kita ingat pelajaran Agama di sekolah dulu.  Dalam hidup manusia ada istilah hubungan vertikal antara manusia dgn Tuhannya (habluminallah) dan hubungan horizontal antara manusia dgn manusia lainnya (habluminannas), dimana keduanya harus seimbang tidak boleh mengabaikan salah satu diantara kedua hal tsb karena semua akan ada konsekuensinya.

1.    Habluminallah

Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepadaNya. Allah memerintahkan manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, dan beribadah kepadaNya.  Ibadah dalam kaitan yang diperintahkan oleh Allah ada banyak tapi kita hanya bicarakan tentang Sholat dan membaca Al Qurán berkaitan dgn pernyataan cak Nun di atas.

  • Sholat

Sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah.  Perintah Sholat disebutkan berkali2 di Al Qur’an mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43, 45, 83, 110, 153, 177, 238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan masih banyak lagi.  Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok ukur seluruh amal ibadah lainnya.  Bila sholatnya baik maka seluruh amal ibadahnya baik, begitu juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah sholat) maka jeleklah seluruh amal lainnya.

Begitu pentingnya sholat maka ia disebutkan sebagai tiangnya agama, siapa yang mendirikan sholat maka dia telah menegakkan tiang agama, sebaliknya yang meninggalkan sholat berarti telah meruntuhkan tiang agama.  Itulah sebabnya sholat diwajibkan bagi seluruh umat muslim dewasa yang berakal tanpa kecuali. Sesungguhnya sholat juga diperintahkan dan dilakukan oleh umat-umat terdahulu sebelum umat Muhammad saw. Jadi sebenarnya seluruh umat manusia mulai dari nabi Adam a.s. diperintahkan untuk sholat sebagai bentuk penyembahan dan ketundukan (sujud) dari seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah swt.  Barangsiapa yang enggan melakukan sholat maka akan mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam barzah (kubur) hingga di kehidupan akhirat nanti.

  • Membaca Al Qurán

Semua orang tahu bahwa kitab suci umat Islam adalah Al Qurán.  Di dalamnya terdapat hukum, aturan, dan pedoman dan harus dipatuhi oleh umat Islam.  Terdapat juga ilmu pengetahuan dan sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi umat manusia.  Al Qurán harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan dijadikan acuan dalam kehidupan sehari2.  Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán (dan Hadits) maka akan menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat Islam tidak mau membaca dan mempelajari Al Qurán maka mereka tidak mengerti aturan yang harus dianut sebagai seorang muslim – dengan kata lain menjadi orang yang bodoh (jahil) yaitu bodoh dalam ilmu agama –  akibatnya bisa diduga, umat Islam akan semakin jauh dari Islam dan menjadi kaum yang lemah bahkan menuju kepada kehancuran.
.

2.    Habluminannas

Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu dengan yang lainya.  Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain tentang :

  • mendahulukan kepentingan orang lain  (QS 2:177, 59:9),
  • berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
  • menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil2an.
  • berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
  • tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.

Kesimpulannya adalah segala perbuatan baik kepada sesama manusia, tidak merugikan orang lain, tolong menolong dan kasih sayang memang diperintahkan oleh Allah kepada manusia, artinya hubungan baik kepada sesama manusia itu dalam rangka hubungan baik kepada Allah (dalam rangka melaksanakan perintah Allah).  Dengan kata lain habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya sejalan dan tidak untuk dipertentangkan.  Orang yang mengabaikan habluminannas selain mendapatkan murka dari Allah dan konsekuensi di akherat, juga akan menerima konsekuensi dari sesama manusia lainya yaitu berupa perlakuan atau sangsi atau hukuman dari aturan/hukum atau norma masyarakat di mana ia berada.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bila ada yang melakukan sholat tapi masih juga korupsi, bakhil (pelit), tidak suka menolong, dsb. Itu karena orang tersebut sholatnya belum benar.  Bisa jadi karena sholatnya karena agar dilihat orang lain (riya’), atau karena tujuan2 lain selain Allah, atau ia termasuk orang yang lalai dalam sholatnya sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Ma’un ayat 4-5: “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat,  tetapi lalai dari sholatnya.”   Dalam surat Al Ankabut ayat 29 Allah berfirman: ”Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar.” Maka bila seseorang Sholatnya baik maka itu akan ter-refleksi dalam kehidupan sehari-harinya yaitu, tawadhu’, bertindak dan bertingkah laku baik (diantaranya suka beramal dan kasih sayang terhadap sesama) dan meninggalkan segala perbuatan buruk (termasuk korupsi, mencuri, dan sebagainya).

Sebagai seorang tokoh yang katanya “kyai” (tapi pakai tambahan “mbeling”), jebolan pesantren, pengetahuan luas, dsb, tentunya Cak Nun tahu tentang hal-hal tersebut di atas, tetapi mengapa sampai dia menyepelekan sholat dan membaca Al Qurán sungguh suatu hal yang patut dipertanyakan dan juga sangat disayangkan.

Cara-cara mempertentangkan 2 hal yang seharusnya sejalan seperti ini juga digunakan oleh kelompok Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (baca : SEPILIS) dalam usahanya menggerogoti Islam dari dalam. Ciri khas mereka adalah mengaku Islam tetapi paling depan dalam menjelek-jelekkan dan mencela Islam, serta membuat opini2 dan pemikiran2 yang mendangkalkan akidah.

Apalagi pihak kafirun dan musyrikin yang sekarang gencar membuat opini yang negatif tentang Islam.  Yang sesuai dengan kaidah Islam (sesuai Al Qurán & Hadits) dianggap tidak baik, fanatik, ekstrem, kaku, mau menang sendiri, dsb.  Sedangkan yang menyimpang dengan ajaran Islam dianggap baik, boleh, toleran, flexible, dsb.  Sebagai salah satu contoh apabila mendengar kata “jihad” maka opini masyarakat umum yang terbentuk sekarang adalah berkonotasi negatif misalnya perang, pengeboman, terorisme, dsb.  Padahal makna “jihad” yang sesungguhnya adalah sangat luhur.  Bahkan seorang ibu rumah tangga yang sedang mengurus rumah tangganya sambil mengasuh anak2nya sesungguhnya sedang berjihad.  Seseorang yang mati saat berjihad disebut mujahid yang akan mendapatkan kedudukan sangat tinggi bersama Rasulullah s.a.w. di Surga al Jannah kelak.

Rasulullah memerintahkan kita untuk melaksanakan perintah dalam Islam dengan sesungguh2nya atau secara kaffah.  Bukan setengah-setengah, yang gampang-gampang atau yg kita sukai kita lakukan sedangkan yang kita malas kerjakan maka kita tinggalkan.  Padahal segala perintah yang hukumnya fardhu (wajib) – misalnya sholat – ya harus dikerjakan tidak ada tawar menawar lagi.

Demikian sedikit tanggapan tentang tulisan Cak Nun dalam tulisannya ”Gusti Allah tidak nDeso”.  Sekedar untuk mengingatkan kita akan usaha2 pendangkalan akidah yg dilakukan pihak2 tertentu dan juga bahkan pihak-pihak yang menamakan dirinya ”Islam” namun sepak terjangnya malah mengacaukan Islam.

Apabila terdapat kekurangan2 atau kesalahan2 dalam tulisan di atas, itu semata-mata adalah kelemahan saya sebagai manusia biasa.  Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya mohon dibukakan pintu maaf  yang sebesar-besarnya.  Namun apabila benar maka kebenaran itu datangnya dari Allah semata.  Wallahu’alam bissawab.

Wabillahi taufiq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum wr wb.

Jakarta, Dzulqa’dah 1429H.
Didiet Priatmadji

17 Replies to “Habluminallah dan Habluminannas”

  1. Diet, kalo aku baca tulisan2 Emha yang lain (dulu aku rajin koleksi sejak Tempo masih ada), pilihan ketiga yang dia maksud tidaklah senaif itu. Pilihan itu semacam retorika mubaligh yang menanyakan (klasik banget nih), pilih menjadi orang yang seperti apa : [1] tidak tahu tapi tidak merasa dirinya tidak tahu; [2] tidak tahu tapi tahu dirinya tidak tahu dan berusaha memperbaiki diri; [3] tahu tapi merasa tidak tahu sehingga tidak (bisa) mengamalkan ketahuannya; [4] tahu, menyadari ketahuannya, dan mengamalkan ketahuannya itu. Ada 4 pilihan, dan masing2 kita bisa memutuskan dimana posisi kita.

    Multiple choice-nya Emha pada tulisan di atas hanya tiga. Di tulisan lain bahkan ada yang dua saja : pilih [maaf] anjing atau [maaf lagi] babi. Saya masih sependapat bahwa dalam situasi yang sedemikian Allah tidak akan “ndeso/dangkal” menilai pilihan kita.

    Eniwei, tulisan dan ajakanmu benar semua, tapi menurutku bukan bantahan yang pas untuk tulisan Emha.

    Just my 2 cents opinion.

  2. Assalamuálaikum wr wb

    om Yudi yg semoga selalu dirahmati Allah,
    terima kasih atas komentar yg cukup menarik atas tulisan saya.
    Saya hanya berusaha mengingatkan terutama kepada para generasi muda akan usaha2 pendangkalan aqidah yg sekarang kelihatannya sudah dilakukan secara sistematis.
    Semoga kita semua termasuk orang2 ditunjuki (bahasanya ditunjuki atau ditunjukkan sih?) jalan yang lurus oleh Allah swt, sebagaimana doa kita sewaktu membaca Surah Al Fatihah setiap kita Sholat : “Ihdinasirotolmustakim..”

    Selamat atas blog Kasmaji 81 yg sdh dikunjungi oleh lebih dari 10000 orang.

    Wassalamuálaikum wr wb
    Didiet

  3. sholat memang sering disebut di AlQur’an, tetapi tata cara sholat hanya dijelaskan sebagai menyembah dan sujud kepada Allah SWT, tetapi banyak orang yang memperlihatkan simbol sholat sebagai kealiman, bukan sebagai wujud persembahan dan sujud diri kepada Allah SWT..hati-hati jika sudah ada sinyal merasa paling benar, karena hanya Allah yang bisa memastikan seseorang masuk surgaNya atau tidak, bukan manusia

  4. mohon maaf kalau komentar tidak berkenan, hanya numpang posting,

    mengenai sholat, apakah kalau kita sholat harus menunjukan kepada orang lain bahwa kita sholat-nya rutin? Lalu baca alquran, sebagai contoh, istri saya qatam baca alquran tapi saya yakin orang yang qatam baca alquran belum tentu mengerti isinya apa, alias hanya sekedar bisa membaca. Lalu tingkat religiusitas seseorang bisa kelihatan pada amal ibadahnya, dan kelakuannya, apakah hanya dengan sekedar menyumbang mesjid, dan membayar zakat saja, tapi tetap menzalimi orang dan korup atau bagaimana?

  5. maaf lagi, memang seperti yg di jelaskan sdr/i rici, bhw sholat sebagai bentuk penyembahan, bukan ukuran tingkat ke-aliman seseorang.

    tulisan di atas akan berbeda lagi bila ditulis oleh orang yg bukan manhaj shalat, tapi dia seorang yang manhaj zikir, karena zikir seharusnya dilakukan pada setiap hembusan nafas kita, zikir pun bukan untuk menunjukan bahwa kita alim, tetapi dengan berzikir pada setiap hembusan nafas kita, maka kita akan ingat pada sang khalik, dan tercermin pada tingkah laku kita. kalau orang yg hanya ingat kepada sang khalik hanya pada waktu shalat saja.. waduh bisa berabe yah….. cuma inget 5x dalam sehari.

    semoga islam semakin damai dan menyejukan hati

    Assalamuálaikum wr wb

  6. kalo kita orang syari’at kita jangan berfikir tentang ilmu hakikat karena tidak akan bisa dinalar otaka malah bisa menjadikan dosa, knpa rosulullah masih melaksanakan ibadah sholat…??? krn beliau mengajarkan umatnya untuk melaksanakan sholat..??? beliau adlh orang yang ma’sum( bersih dari dosa) sudah pasti mesuk surga, coba beliau tidak sholat umat islam sedunia tidak ada yang melaksanakan sholat. dan tidak ada orang berdzikir tanpa melaksanakan ibadah sholat, lebih baik melaksanakan walaupun tidak ikhlas, dengan pamer, dari pada tidak melaksanakan sama sekali. minimal kita sudah berusaha, toh itu diterima atau tdak itu urusan allah. sekian terimakasih…

    salam

    sinar ponsel

  7. Assalamu’alaikum

    hahaa,, mohon maaf numpang tertawa.
    saya teringat kelkuan manusia, baik sya sndiri maupun yg pernah saya ketahui.
    kalo dpikir2 mmg benar. Orang rajin beribadah, sholat, ngaji, zikir. tapi perbuatan dan kelakuan masih tidak benar(menurut Syariat Islam). menggunjing, munafik, riya’, bahkan sirik.

    saya setuju, org yg brbuat demikian krena ibadahnya yg belum benar. dan saya sendiri juga mengalami/

    kata Guru Ngaji saya, “Iman seseorang itu naik-turun”.
    hari ini dilanda kesedihan kita beribadah, besok dapat nikmat Allah, lalu lupa ibadahnya sehingga semakin berkurang, sampai akhirnya tidak beribdah sma sekali. kmudian dilanda ksedihan lagi, trus beribadah lagi,,,, begitu seterusnya.

    saya pernah mndengar bahwa, sholat itu mengingat Allah.
    kalau bgitu, kalau kita ingat kpada Allah, kapanpun itu, dmanapun itu, entah istigfar, jikir, berbuat baik, atau hal2 yg berkenaan mengingat Allah, berarti kita tidak perlu sholat lagi kan??
    Hahaa,,

    Sholat itu perintah Allah, Rukun Islam adalah kewajiban kita. jadi walau bagaimanapun alimnya kita, bersihnya kita dari dosa, walupun kita dberitahu bahwa nanti kita bakal masuk sorga,, ya tetep lah namanya perintah n kwjiban dari Allah, tetap harus wajib dlaksanakan bukan?? dan kita tetap sholat kan?

    memang sih terkadang banyak orang (termasuk saya) merasa terpaksa dalam sholat, maupun beribadah lainnya.entah krena sibuk, nanggung, lupa, males, dsb..
    itu adalah gejala pertama. mau tidak mau namanya kewajiban kan harus di jalankan,meski terpaksa.
    tapi jika kita terus rutin melaksanakannya, keterpaksaan itu malah berubah mnjadi nikmat. Nikmat melaksanakan ibadah, yg akhirnya akan ikhlas, sholatnya khusyu’ dengan sendirinya.. biarpun Allah mnurunkan nikmat dan ksedihan turun temurun,,,

    Jangan heran, itu adalah Hidayah dari Allah, dan khendak Allah. Allah Maha Pengasih dan Penyayang kan??
    Allah tidak akan merubah seseorang jika org itu tidak merubah drinya sendiri, kan??

    kebenaran Hanya milik Allah,, kesalahan adalah dari syaithon yg mmbisikan kpada saya,,
    mohon maaf yg sebesar besarnya..

    wallahubisshowab

    wassalamu’alaikum

  8. Sholat nomor 2
    Nomor 1 Syahadat
    Kalo yang nomor 1 udah bener, otomatis ibadah yang lain juga bener
    pahami arti dari syahadat
    Aku bersaksi bahwa tiada TUHAN Selain ALLAH Dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad Utusan ALLAH
    Jangan cuma mengucap doang, anak tk dan orang non muslim juga bisa
    perhatikan kalimat Saksi = ada yang menyaksikan dan ada yang disaksikan
    kapan menyaksikannya???
    Cari tau.. Ada ilmunya..
    Pasti ALLAH akan menunjukan jalannya yang lurus kepada siapa saja yang bersungguh sungguh mencari

  9. Cak Nun adalah jln keluar bagi mrk trmasuk saya yg pny pola pikir tak mapan,mampu temukan formula atas sgl tanya yg dianggap tabu ato hal yg tak terbesit oleh para pemuka agama lainnya… Solat itu penting…selesai. Membaca Alquran penting dgn mengerti isinya… Selesai. Tp beliau memperlihatkan hal yg sbnrnya ªϑª,namun sll dkesampingkan… betapa orang bodoh sekalipun yang tak mengerti metode eksoterik krn keterbatasan dirinya namun tak pernah melakukan syawat harta,kuasa,zina pun pada akhirnya ªϑª tempat di mata Allah… Karena bagi Allah wujud cinta pd-Nya pun bs diperlihatkan dgn kecintaanya pd sgl ciptaanNya. Dgn kasih sayang kpd sesama adalah hal yg lbh penting drpd manusia yg berkutat dgn diri n Allah sj namun tak perdulikan sktrnya… Memang hny orang2 peka,intuitif tinggi yg mampu menjangkau pemikiran Cak Nun yg telah melihat cahaya n mengarungi samudra dlm kekusyukannya. Beliau pun sbnrnya mampu spt para ulama infotainment lainnya yang bicara benar sebenar2nya namun realitanya disibukan utk memamerkan rumah ato mobil mewahnya,memperkaya diri dgn menarik iuran bulan rutin dr pr jemaahnya,ato ikut partai n mensejahterakan golongannya… Namun beliau hny menampakkan diri dlm memberi edukasi ringan n menitik beratkan silaturahim pada sesama… Subhanallah…

  10. tolok ukur tetap Rosulullah saw… tirulah ibadah Rosululloh saw jangan banyak komentar.. he..he.. ikutilah para ulama’ ter utama ulama’ Nahdatul Ulama’

  11. Masalahnya, apakah emha diberi pilihan lain selain tiga pilihan di atas?
    Seandainya beliau diberi pilihan “orang yang sholat, hapal alqur’an, ibadah rutin, tidak korup, dermawan dan menghargai sesama” pasti beliau memilih pilihan ini…
    saya sendiri bertanya kepada penulis, (maaf), jika anda diberi tiga pilihan tersebut, mana yang anda pilih??

    Jangan selalu memahami apa yang tertulis, pahamilah tujuan penulis.. 🙂

  12. assalmuallaikum wr.wb.
    salam persaudaraan
    .saya juga cma mau numpang komen saja, mslh bnar dan tidakny hany allah yg tau. krna kebenaran hanya milik allah.
    .1 manusia dgn yg lain ny tu berbeda dan bermacam” pemikiranny masing”.
    .intinya inasholati wanusuki wamamahya lillahirobil alamin. yg artinya.: SHOLAT KU, HIDUPKU, MATIKU, HANYA UNTUK ALLAH SEMATA. ingat!!!
    .saling mengerti dan saling menghargai adl hal kecil yg manfaat ny besar utk kedamaian org beriman. ingat!!!
    .perbedaan itu menurut saya wajar. krna stiap ilham dri allah itu tak slalu sama, cuman aku yakin tujuan dan artiny tu baik smua. krna smua yg dri allah tu gak ad yg gk baik. baik semua. ingat dan sadar dirilah siapa anda, knapa anda dlahirkan, dan kemana anda akan kembali jika mati kelak. itu saja.
    .semoga bsa dimengerti. 😉

  13. .aslmuallaikum. .
    .alhmdulillah. ,dri usulan” kawan” diatas, saya brsyukur bsa mendapat bnyak ilmu.
    .namun saya hny bsa berpendapat seperti ini. Jangan terbiasa makan buah jeruk bulet”(mash utuh), krna bsa keselek.
    .tp kelupaslah dahulu kulitnya, jika ad bijinya dbuang dlu, bru abz tu bru bisa dimakan, dan bru tau kalo itu buah jeruk.
    .begitu juga, dgn sebuah perkataan/kalimat. jangan anda trima mentah”. namun akan lbih bermakna jika anda kupas dan sikapi maksud dri ungkapan kta trsebut.
    .jgn langsung suudzon/berprasangka buruk dgn kta” tu dlu. kra stiap kata tu pasti ad makna ddlm ny.
    .jd belajarlah mensikapi ap yg tersurat dlm stiap kata. termasuk al-quran, krna arti ayat al-Quran akn lbh berguna dan manfaat jika kita bsa dan mau menglupas isi kandungan makna dlm arti ayat” dlm al-quran.
    .oiya, syareat dan hakikat itu gk bsa dpisahkn krna tu udah satu kesatuan “SYAREAT, TOREKOT, HAKIKAT, MAKRIFAT”
    .itu saja semoga bsa dfahami.

    waskum

  14. Rasulullah bersabda, “Tahukan kalian apa itu ghibah?”, mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahi-nya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.” (HR. Muslim) —

    Marilah kita sebagai sesama muslim , saling melengkapi, saling menghargai dan mengingatkan dengan cara yg indah- positive thinkin n mind.

Leave a Reply to titikhitam Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat