8 November 2012 s/d 13 November 2012, beberapa anggota Kasmaji 81 berkesempatan jalan-jalan ke Medan & Padang. Koordinasi awal dijalankan lewat BBM group 1 & 2, akhirnya tercatat yang berangkat adalah Syamsuharti, Zurah Al Chasanah, Vita Ninditasari sekalian garwa, Arunika Dyah T, Wiwik Karsaningrum, Agustin Candrawati, Tuty Daryano, Manuti Faris, dan Ira sekalian plus Chaya. Tuan rumah di Medan adalah teman kita tercinta Pretty Cik Gu, Lies Indriawati.
Rombongan mendarat di Bandara Polonia Medan 8 November 2012 pag, disambut dengan senyum merekah Mas Witjaksono dan garwa tersayangnya Lies Indriawati. Beriringan 3 mobil kami menuju Soto Sinar Pagi Medan. Sarapan makanan khas daerah tujuan sungguh membuat semua makin sumringah, Soto Medan itu pakai santan sedikit jadi lebih gurih. Selesai sarapan kami menuju kediaman Mas Witjaksono dan Lies.
Alhamdullillah seperti yang diangan-2kan di kediaman Lies kami menikmati sate kerang yang luarbiasa uenaaaak plus manisan jambu biji khas Medan. Sulit mencerminkan perpaduan rasa yang luarbiasa dari kedua jenis jamuan ini, sate kerangnya betul-2 lain daripada yang lain. Sebagai penggemar kuliner aku sudah mencoba menjajal instingku untuk masak sate kerang ini, tapi jujur belum sukses hehehe jadi belum bisa share ke milis resepnya.
Di rumah Lies, sambil bercerita ngalor ngidul kangen kangenan, kami menyempatkan diri memuaskan narsisme dengan foto-2an di halamannya yang asri. Dari rumah Lies kami menuju kantor Mas Witjaksono, heritage yang luarbiasa karena sudah berusia >100th dan dibangun oleh arsitek tenar di zaman kolonial. Kami diterima di ruang kerja mas Witjak, mendengar sekilas cerita tentang bisnis kelapa sawit, dan menikmati hasil jepretan mas Witjak yang bercitarasa tinggi di buku beliau yang sebentar lagi diluncurkan. Di kantor Mas Witjak kami juga foto-2an ngga kalah sama Cherry Belle, di sudut gedung, di tangga, di depan brankas, dan dimana saja…. karena setiap sudut indah dan punya ciri khas untuk di foto.
Berpose di kantor dan halaman PPKS MedanDari kantor mas Witjak rombongan menuju Istana Maimun, istana ini indah di dominasi warna kuning keemasan, kami semua berfoto di singgasana raja dan menyempatkan berbelanja songket Medan.
Ada kisah tragis dari keluarga sultan Deli, raja Deli terakhir Sultan Deli Tito Otman Perkasa Alam tewas dalam kecelakaan pesawat jenis CN 235 milik TNI Angkatan Udara yang jatuh di Bandara Malikus Saleh, Lhokseumawe baru-baru ini, sehingga Sultan Deli baru sebagai pemangku adat di wariskan pada putra sulungnya T Mahmud Arfa yang baru berusia 13th dan saat ini tinggal bersama Ibu dan adiknya di Sulawesi Selatan, karena kakek dari pihak ibunya adalah bekas Gubernur Sulawesi Selatan Zainal Basri Palaguna.
Ke Medan tidak afdol kalau tidak menyempatkan berkunjung dan sholat di Masjid Raya Medan atau Masjid Al Mashun yang indah. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di bagian selatan, timur, utara dan barat.
Masjid Al-Mashun MedanSetelah dari mesjid Raya kami menikmati dimsum dan pancake duren di resto Nelayan. Perjalanan kami berlanjut ke kediaman Tjong A Fie, ex Konsul Jenderal Tjina di Medan yang meletakkan dasar bisnis dan perniagaan di Medan. Arsitektur bangunan rumah ini mengambil konsep bangunan Tjina masa lalu, banyak lorong kamar-kamar dan ukiran serta pernak-pernik Tjina yang bernilai tinggi.
Di bangunan ini kami juga bisa mempelajari kisah sukses Tjong A Fie 4 generasi melalui diorama dan lukisan dinding yang masih terawat rapi. Tak ketinggalan disini pun kami ber foto ria dengan gaya yang selalu semarak.
Menjelang sore kami sampai di Mess. Dalam perjalanan menuju mess PPKS, kami mampir ke kuil Hindu di kawasan Kampung Keling, melihat tempat ibadah warga setempat. Hidangan sore di mess ada roti jala dan roti cane dimakan dengan kari kambiaaang … serta pisang goreng kipas dr Pekanbaru, manisan kolang kaling. Rombongan dibagi 2, teman-2 yang lain di Mess PPKS pas di depan kantornya Mas Witjak, disini kami di sambut gulai kambing roti cane dan lontong Medan… eehmmm jian mak nyuss tenin. Aku sekeluarga dan Vita sekalian Mas Koko menginap di Mess Asem Jawa. Malamnya kami berkumpul di kantor Mas Witjak untuk pesta durian Ucok…. hehehe aku nyawang wae wis ceglukan terus, ingat punya gula darah ngga berani incip-incip.
Pagi-2 kami kembali berkumpul di kantor Mas Witjak untuk sarapan Nasi Soto Medan Mie Rebus khas Medan dengan kuah kental rencah udang masakan Ibu-2 PPKS yang muantapz top markotop, ditambah nyamikan rambutan Medan hasil petik kebun kantor Mas Witjak….soal rasa ? rambutan yang satu ini tak ada duanya, ya manis, ya legit, nglontok wis sulit diceritakan….. nak nan pokoknya. Saat ibu-2 berkumpul sambil nyantai di ruang Dharma Wanita PPKS, para Bapak di ajak Mas Witjak meninjau laboratorium penelitian kelapa sawit, lengkaplah tour kami kali ini.
Parapat – Danau Toba – Pulau Samosir – Marihat
Perjalanan menuju Parapat asyik sekali, kami makan siang di RM Garuda Parapat, Lies sebagai nyonya rumah benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya secara matang. Selesai makan siang bersama kami melanjutkan perjalanan ke Parapat diiring rintik hujan yang menyejukkan suasana. Di Parapat Lies menyiapkan hotel Inna Parapat untuk transit lengkap dengan speedboat menyebrangi Danau Toba ke Pulau Samosir. Sebelum menyeberang ke Samosir kami menikmati Lemang siram Pasta Durian. Woooowwww bayangkan nikmatnya ces ces ces nyeeeesss, hadiew sampai lemes saking enaknya.
Untuk menyeberang ke Samosir rombongan dibagi naik 2 speed boat, pengalaman yang luar biasa menegangkan menyibak ombak bergoyang-goyang penuh sensasi di speedboat yang melaju dengan kecepatan tinggi. Anakku dan Wiwik berteriak-teriak kegirangan setiap kali speed board “terbang” karena sentakan ombak….wuuuiiih asyiik sekali.
Di Pulau Samosir kami langsung menuju rumah “Bolon”, rumah bolon ini rumah asli Batak yang dibangun tanpa paku. Konon rumah bolon hanya ditempati oleh para raja. Ada 13 kerajaan yang bergantian menempati rumah bolon, yaitu Tuan Ranjinman, Tuan Nagaraja, Tuan Batiran, Tuan Bakkaraja, Tuan Baringin, Tuan Bonabatu, Tuan Rajaulan, Tuan Atian, Tuan Hormabulan, Tuan Raondop, Tuan Rahalim, Tuan Karel Tanjung, dan Tuan Mogang.
Konstruksi rumah terbuat dari kayu dan beratapkan ijuk, didesain panggung. Ornamen yang mengitari Rumah bolon disebut gorga paduan tiga warna; putih, hitam, dan merah. Filosofi dari ketiga warna itu adalah manusia akan melwati tiga dunia; dunia kandungan, dunia (Bumi), dan dunia akhirat. Di muka rumah juga dilekatkan Jagah Dopah, ukiran kayu yang dipercaya oleh suku batak dapat menangkal ilmu hitam, “Penjaga seisi rumah.”
Di depan rumah ‘bolon’ ada patung si Gale-2. Ada kisah mengharukan mengenai si Gale-2 ini. Dahulu kala ada raja bernama Raja Harahap Rumahorbo, beliau hanya memiliki seorang putra bernama Manggale, saat berperang meluaskan jajahannya Manggale hilang di medan perang, sang Raja menjadi gila, untuk mengurangi kesedian sang raja, para dukun kerajaan mengukir boneka kayu si Gale-2, kemudian memasukkan roh Manggale ke Boneka tersebut sehingga bisa menari-nari 7 hari 7 malam, melihat si Gale-2 menari sang Raja sungguh bahagia, dia menganggap anaknya hidup lagi, maka menarilah sang Raja dengan si Gale-2. Sekarang marga Rumahorbo punah dengan sendirinya karena putra sang Raja memang hanya satu yaitu si Manggale. Kamipun ikut menari dengan si Gale-2 yang sekarang sistemnya digerakkan dengan tali temali.
Puas bercengkerama di Danau Toba, perjalanan berlanjut menuju Mess PPKS Marihat. Jelang sore hari kami sampai di Mess yang asri, teduh dan nyaman ini. Di Mess Marihat ini kejutan menanti, Lies dan mas Witjak ternyata menyediakan musisi dan penyanyi handal, mangayubagya anniversary Mas Koko dan Vita tepat di tgl 9 November 2012 … wauuw maniesnya. Jadilah para penyanyi terpendam Kasmaji 81 berkolaborasi dengan pemain saxophone ciamik dan keyboardist canggih mendendangkan lagu dari barat ke timur dari jazz sampai ndangdut, dari campursari sampai lagu Batak. Acara malam itu benar-benar semarak nyanyi dan makan dengan makanan khas Medan olahan para assistant Pretty Cik Gu. Hidangan khas Medan goreng Burung Punai, menjadi makanan favorit malam itu.
Keesokan harinya setelah sarapan kami menyempatkan diri foto-foto di halaman Mess PPKS Marihat sebelum melanjutkan perjalanan ke Berastagi. Perjalanan menuju Berastagi menyajikan pemandangan yang luar biasa, lereng gunung dengan ngarai yang indah sungguh memuaskan pandangan mata. Kami sempat mampir ke wisata Simalem yang menjadi andalan investor Singapura di Medan, disitu kami kembali berfoto karena pemandangannya indah menampilkan sisi lain dari Danau Toba di ketinggian tertentu. Sampai di Berastagi kembali mulut berdecak kagum, udaranya sejuk dan bersih pemilihan tempat transit oleh Lies juga pas banget, Mas Koko sempat bermain layang-layang dan diabadikan istrinda terkasih ouughh mesranya. Kami makan siang ala picnic dengan masakan khas Medan olahan para assistant Lies, sedap, enak dan mantap.
Dari Berastagi kami kembali ke Medan karena harus packing untuk perjalanan ke Padang keesokan harinya. Sampai di Medan sudah rembang petang. Waktu Mas Koko dan Vita mengajak rombongan makan malam di restorant Hawwi, para ibu menolak karena masih kenyang dan masih punya kewajiban packing. Jadilah aku sekeluarga bersama Mas Koko dan Vita saja yang menikmati makan malam di restorant Hawwi. Masakan specialnya Kepiting dan kerang rebus, tapi beda banget dengan di resto lain, masakan Hawwi tak cukup 2 jempol, mesti 4 atau 6 jempol (bayangkan aja) semua seafoodnya suegeeer, bumbunya unik, sambelnya segar dan mantapz….sampai tidur malempun masih terbayang enaknya masakan Hawwi.
Hari Minggu tg 11 November perjalanan berlanjut ke Padang, Kang Bantrang menjemput kami di Bandara Internasional Minangkabau di tengah rintik hujan, dengan 3 mobil kami langsung menuju resto Rajawali dengan hidangan khasnya Soto Padang lengkap dengan dendeng daging dan perkedel kentangnya. Di resto ini kami menikmati es rujak pengantin yang sedap dan menggiurkan. Dari sini perjalanan berlanjut ke Hotel Inna Muara Padang tempat rombongan menginap, setelah menempatkan barang bawaan, istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke lembah Anai Danau Singkarak. Di danau Singkarak, kembali rombongan Kasmaji 81 membelah danau dengan berperahu ria, asyiknya di hembus sepoi angin danau terayun-ayun di buai angan-2 lepas. Di Padang hari pertama kami makan siang di Sate Mak Syukur Padang Panjang. Dari Sate Mak Syukur aku dan keluarga harus memisahkan diri dengan rombongan karena malamnya langsung pulang ke Jakarta.
Tour di Padang selanjutnya tolong di lanjutkan Mbak Harti, Mbak Nunik atau mBak Zurah ya……. Pokoknya maturnuwun buat Lies dan Mas Witjak, Mas Koko dan Vita, serta Harti yang sudah mengkoordinasikan trip ini sehingga semua menikmati dalam suasana guyub, rukun, mesra dan hangat.
Sampai jumpa di trip selanjutnya.
speechless…ngeces!
Waduh ikut seneng aku…pas tgl 11 sd 14 aku juga ke Medan…
Ketiwasan yo gak biso ketemuan
Bima
Membacanya serasa terbawa ikut rombongan, koyo dahar krupuk kriuk2 renyah, Sayang mas bima ketinggalan
Udh selevel karo Ayu Azhari…sory maksudnya Ayu Utami…
Kang Sugeng berarti sing ndongeng pinter nggih (hehehehe jian narsis tenin iq)
Ira, terima kasih atas narasi yg begitu bagus dan runtut.
Ada beberapa hal yang aku tambahkan, sekedar melengkapi … Hari pertama rombongan datang, tgl 8 Nov setelah dari mesjid Raya kita makan dimsum dan pancake duren di resto Nelayan. Stlh itu baru ke Tjong A Fie. Sambil perjalanan menuju mess PPKS, kita mampir di kuil Hindu di kawasan Kampung Keling, melihat tempat ibadah warga setempat. Hidangan sore di mess ada roti jala dan roti cane dimakan dengan kari kambiaaang … serta pisang goreng kipas dr Pekanbaru, manisan kolang kaling. Malam nya kita makan di resto Waringin dengan menu ikan aji2 bakar, ikan gurame goreng dan udang goreng mentega. Dari situ kita ke kantor mW lagi, utk pesta dureenn … Malam itu menjadi spesial karena mbak Fariz kedatangan ‘tamu’ teman lamanya …
Esok harinya, sarapan bukan nasi soto tapi Mie Rebus, khas Medan dengan kuah kental rencah udang … Makan siang di rumah makan Garuda di kota Pematang Siantar, disiapkan secara spesial oleh Vita dan mas Koko, dalam rangka first anniversary. Terima kasih ya Vit, mas Koko …. Selama perjalanan kita dikawal oleh 2 orang provoost dari kantor mW, bukan hanya untuk menjaga pak jenderal purnawirawan, tapi juga karena pengawalan kepada ibu2 cantik dan bahenol dari Jakarta dan Jogya ….
Teman2, aku dan suami mengucapkan terima kasih yaa, udah ditiliki di tempat tinggal kami nan jauh di Medan. Semoga trip kita kemarin berkesan … Maaf kalo ada yang kurang sempurna dlm penyambutan …
Salam
Siiiipp Lies my Pretty Cik Gu, dari tadi aku ya merem melek mencoba mengingat ingat ning dasar aging problem…hehehe, yang di Padang dilengkapi sisan to man teman, biar langsung di sunting editor kita Kang Yudi Dwi Pramono dilengkapi foto trus di upload di Milis, jadi Milisnya regeng maneh.
Lies secara pribadi dengan Mas Yudi more than happy visit your family. Sambutan dan persiapannya luar biasa…eh mbok dibocorke to bumbune sate kerang ki apa?
Tengkyu ВǻªăªǻПğêêê†.. kambekk Liess… Raono sing kurangg.. Genah kimplah2 kabyehh nog
Editore mumet…
Ceritane pirang alinea isine kulineeeer, kabeh… byuh.. byuh.. Iki jajal tak etung sing saka tulisane Ira ana 20 macem. Ditambahi koreksi soko Lies… Panganan maneh. Dibales maneh karo Ira…
…eh mbok dibocorke to bumbune sate kerang ki apa? Iki master cheff Fariz Quinn durung melu comment, lho… Bisa tambah dowo daftare..
Wah, denger ceritanya saja terasa sudah ikut merasakan wisata kulinernya. Seneng sekali bisa kumpul dan jalan-jalan bareng. Salam hangat dari tepian sungai Elbe 🙂
iya Retno…kami mau visit ke Sungai Elbe, ngetung-etung lih arep nyelengi kok suwe men….wis ngenteni yen awakmu balik Indo maneh wae…hehehe
Sinanggar tulo tulo a tulo o o..,Sip markusip wisatanya. Melu bungah.