Oleh Ira Sumarah Hartati Kusumastuti
Mendung di Hastinaputra menggelayut menghantarkan hawa dingin yang menggigit tulang. Prabu Suyudana masgul hatinya, adik perempuan satu-satunya –Dewi Dursilawati– raib dari keputren, dipanggilnya Adipati Karna untuk membantu mencari sang putri.
Suyudana : “Kakang Karna, bawalah pasukan secukupnya. Dursilawati harus segera diketemukan, saya telah mempertunangkan adik saya itu dengan Jayadrata, Adipati Banakeling agar kesetiaan Jayadrata pada kerajaan kita makin kuat.”
Karna : “Sendika dhawuh, Sinuwun.”
Dalam pencarian itu rombongan Karna berpapasan dengan Kala Bancuring, Kala Mingkalpa dan Kala Pralemba sebagai utusan Prabu Kurandageni dari Tirtakadasar. Mereka berminat pada Dursilawati. Karena ngotot akan nglurug ke Astina maka terjadilah perkelahian dengan kekalahan pada utusan Kurandageni.
Sementara saat Arjuna bersama Punakawan lewat tengah hutan, tiba-tiba dikejutkan suara tangis wanita. Ternyata putri yang sesenggukan di punggung gajah, tak lain dan tak bukan adalah Dursilawati. Arjuna pun segera memberi pertolongan dan melepaskan panah angin untuk mengusir gajah sang penculik. Arjuna berinisiatif mengembalikan sang Putri ke Astina, namun perjalanannya dihadang bala Kurawa pimpinan Karna, karena kalah jumlah Arjuna ditangkap, dan diseret ke Hastinapura, mereka salah paham menyangka Arjunalah sang penculik.
Syahdan Prabu Kurandageni dari kerajaan Tirtadasar, mengirimkan rombongan gelombang kedua yang kali ini benar-benar dapat melaksanakan misinya. Dursilawati diambil, dibawa dalam ikatan serta dibopong ke hadapan Kundarageni. Tentu saja Prabu Suyudana merasa gusar. Maka dimintanya pertolongan pada Arjuna untuk menemukan Dursilawati serta membebaskannya. Arjuna tidak keberatan mengemban tugas ini tetapi ia ajak serta Jayadrata calon suami Dursilawati untuk turun tangan mengikutinya perburuan di Tirtakadasar.
Dengan aji panyirepannya, Jayadrata berhasil menyusup bersama Arjuna ke taman Tirtadasar untuk membebaskan Dursilawati.
Jayadrata : “Sssttt…diajeng Dursilawati… ini aku Jayadrata…(berbisik)”
Dursilawati : “Oo..kakang Jayadrata, syukurlah…bebaskan aku kakang…”
Jayadrata : “Itu mudah diajeng… aku pasti akan segera membebaskanmu… tapi disaksikan oleh sepupumu Arjuna, jawablah pertanyaanku diajeng…benarkah engkau bersedia menjadi sisihanku yang hanya Adipati di Banakeling… dibandingkan jadi Permaisuri Raja Kundarageni dari kerajaan Tirtadasar?”
Dursilawati : “Pertanyaan apa itu kakang? Mengapa hendak menolong tunanganmu sendiri, masih sempat kau tanyakan pertanyaan seperti itu? Pamrih apa yang engkau sembunyikan?”
Jayadrata : “Aduh maafkan kepolosanku diajeng.. Baik aku bebaskan dulu engkau tapi nanti tolong jawab pertanyaanku.”
(Jayadrata, melepaskan jeruji besi yang membuat Dursilawati terkurung, kemudian bergegas membopong Dursilawati meloloskan diri dengan diikuti Arjuna. Di pinggir hutan, dilanjutkannya bertanya tentang kemantapan hati Dursilawati.
Jayadrata : “Bagaimana diajeng… maukah engkau menjadi sisihanku?”
Dursilawati : “Kita sudah ditunangkan sejak aku akil baliq Kakang. Sejak saat itu di dalam hatiku hanya ada nama Jayadrata yang akan menjadi Imamku.. karena itulah laku seorang putri utama yang patuh pada sudarma, dan tidak akan membuka ruang untuk laki-laki lain yang bukan diperuntukkan baginya. Mengapa kakang bertanya seperti itu?”
Jayadrata : “Maafkan kebodohanku diajeng, perasaan rendah diri telah membuatku kurang mempercayaimu. Di sekitarmu banyak kstria gagah dan rupawan seperti Arjuna dan Karna…juga ada raja besar Kundarageni. Apakah mungkin engkau akan tetap setia padaku diajeng?”
Dursilawati : “Hmmm…memang tidak ada jaminan wanita akan setia pada pasangannya, seperti juga laki-laki akan setia dan menjaga perasaan pasangannya kakang (mata Dursilawati melirik Arjuna, yang langsung melengos mendengar sindiran Dursilawati), tapi dengarlah keyakinanku… Kalau aku lepaskan kesetiaanku padamu, sebenarnya aku sudah menggali azab dan derita hidupku. Noda khianat yang aku buka, akan menghadirkan kegelisahan seumur hidup padaku, takut terbongkar dan ke
tahuan. Belum lagi cerca masyarakat yang akan memmandangku jijik sebagai wanita yang dijamah banyak lelaki, dan yang paling mengerikan, kehormatanku sudah rusak. Masihkah aku layak menerima kepercayaan dan kasih cintamu Kakang kalau engkau tahu ada lelaki lain yang sudah menjamahku?”
Jayadrata : “Ooo..Jagad dewa bathara, Dursilawati…jawabanmu menguatkan hatiku, engkau memang putri pilihan yang akan mendampingiku hingga kematian memisahkan kita.”
Jayadrata mantap memperoleh Dursilawati, Kurandageni jadi bagian Arjuna untuk dibunuh. Dursilawati yang telah bebas dipulangkan ke Astina, maka giliran Prabu Suyudana repot menyiapkan perkawinan adiknya. Saat pesta perkawinan siap dilaksanakan, gajah penculik yang sebenarnya penjelmaan raja jin datang lagi dan ingin mengambil balik Dursilawati. Bima dengan badan besarnya berhasil melumpuhkan gajah, dan upacara perkawinan dua sejoli pun digelar tanpa kendala.