Kopdar Bogor, 5 Desember 2010

Tanggal 5 Desember 2010 yang lalu, untuk kali kedua teman-teman Kasmaji 81 di Jabodetabek kumpul-kumpul kopdar di kediaman Luluk-Hendratto di Bogor. Pada saat yang sama, Kasmajiers81 di Solo juga mengadakan pertemuan di rumah Ratna Farida untuk arisan rutin triwulanan. Sebenarnya Ira sudah mengirim naskah tentang kopdar Bogor ini, lengkap dengan resep gule buntut trubuk. Tapi, berhubung diubek-ubek di arsip belum ketemu, di bawah ini saya upload dulu foto-foto kopdar jepretan Koesworo.

Fahmi dan Ira karaokean, Merry karo Luluk nglaras.

Gule buntut trubuk ki sing endi to gambare? 🙂

Hendratto penggemar moge, Luluk hobi motret. Ngisor: Bambang kuwaregen gule?

Sing padha rawuh sarimbit

Kudune gambar sing ngisor iki dipasang sak ndhuwure foto barengan. Gandheng sing difoto mantep-mantep, layare dadi kabotan gambar.. 🙂

2 Replies to “Kopdar Bogor, 5 Desember 2010”

  1. Iki kirimane Mama Ira ketemu…

    Welcome to the Hotel California
    Such a lovely place
    (Such a lovely place)
    Such a lovely face
    Plenty of room at the Hotel California
    Any time of year (Any time of year)
    You can find it here…

    Diiringi rintik gerimis yang menjadi ciri khas kota Bogor suasana Kopdar di rumah Luluk kemarin betul-2 luarbiasa. Sejuk romantis dan membuat semua kenangan seperti tebaran film dokumenter di layar lebar.

    Banyak teman-teman yang bisa meluangkan waktu untuk kangen-kangenan. Yang lebih membahagiakan lagi, banyak muka-muka lama tapi baru muncul dan ikut bergabung. Ada Winarto, Darminto, Sugeng, Fahmi, Ngabei Bambang Soesatyo, Haryanti, Sam Suharti, Lies Indriawati dll.

    Sementara yang muka lama dan aktif hadir pun nggak ketinggalan, ada Luluk dan Mas Hendratto (ra teko kebangeten), Didik Rusdarmaji dan garwa tercintanya Dewi WDREW, Gunawan sing jujug dari Bengkulu, Nunik sekeluarga, Ira ro anak lanange Erick, Chandra Agustin, Koesworo Budi Irianto, Imam Subarkah, Merry (kembaranku), Bima Wardana, dan Zurah yang murah senyum.

    Bicara soal jamuan Kembul Bujana Andrawina, Luluk sudah mempersiapkan hidangan nostalgia yang luar biasa. Ada pecel komplit dengan pilihan sambel kacang dan sambel wijen cemeng, ketan juruh bubuk dele, carang gesing, jajan pasar, tongseng, lontong,nasi liwet, capjay, trus Bima membawa Bakmi, Harti ngasto bika ambon, Dewi ngasto pisang molen Kartika sing mak nyoss kuwi, aku nggowo gule buntut Trubuk karo brambang asem sing gawe penasaran Chandra. Spo maneh yo sing ngasto? Aduuuh nyuwun pangapunten yen kelalen, lha disambi kemayon mloya mlayu nang beranda mburi sing suejukknya poollll…..

    Sambil menikmati egolannya ikan Koi yang genit dan cantik, selain makanan yang berlimpah ruah, tuan rumah juga menyediakan karaoke yang saking canggihnya, mau milih lagu saja repot. Tekan tuts sana sini salah kabeh, jadi ya harus tergantung sama Kang Hendratto atau putranya yang telaten ngladeni kami semua.

    Ternyata banyak bakat terpendam di Kasmaji 81, dari Fahmi yang mencoba ber Santana dengan Black Widow, Darminto dengan Hotel Californianya Eagles, sampai suara lembut ala Broery dan Dan Byrd dengan Boulevard yang diusung oleh kang Sugeng dan Kang Imam Subarkah. Sayangnya dari barisan 10 hapsari Kasmaji 81, hanya aku yang mau cuap-cuap dengan suara yang mulai termakan usia sudah ngga mampu menggayuh nada-nada tinggi.

    Tanpa terasa kami menikmati suasana kekeluargaan yang diseling sholat dhuhur dan Azar, Lies dan mas Witjak menyempatkan diri bergabung seusai menghadiri resepsi pernikahannya petinggi DepHut. Di sela-sela kehangatan, Kang Lurah Didik sempat mengajak ngobrol apa yang bisa kita lakukan di tahun 2011 di Solo. Bersama Kang Hendratto dan Gunawan kami mengusulkan untuk membuat acara yang lebih monumental disesuaikan dengan usia kita yang mulai paroh baya (mosok to? kok aku isih rumongso 30-an, yo?)

    Beberapa rekan yang biasanya meramaikan suasana memang tidak hadir pada acara kangen-kangenan, Pak Moderator Banu Wimbadi karena alasannya cukup kuat sudah dimaafkan dengan gerutu yang tetap terdengar (opo yo ra iso disempatke to? jian bangeten tenan… xixixi), Bayu Anjar Any belum bisa dimaafkan kalau kopdar selanjutnya tidak datang lebih awal, usulannya Lies disuruh nginep dulu di rumah Lies kalau Kopdarnya di rumah Lies yang Bandung (ehm…good idea), Agus Susanto… ono opo to kok ora rawuh?

    Akhirnya kami meminta dengan hormat lagi sangat (rodo mekso) pada rekan Gunawan untuk membuat profile sambil berembug dengan teman-teman di Solo, Semarang dan Jogja, apa yang bisa kita lakukan. Syukur-syukur dikaitkan dengan program Pemda Solo. Kami semua siap menyusun network untuk bahu membahu mewujudkan gagasan tersebut.

    Sebagai penutup laporanku, berikut ini bumbu Gule Buntut Trubuk, silahkan coba di masak bagi yang kemarin belum sempat merasakan.

    Bahan : 1 Buntut Sapi, di kerok bersih bulunya tapi jangan dikupas kulitnya, direbus. Air rebusan 1 dibuang karena itu kotor dan untuk mengurangi kolestrol. Rebus lagi sampai lunak. 10 batang Trubuk (bunga tebu yang belum mekar), dikupas sampai ke bunga tebunya yang seperti telur ikan, potong-2 ukuran se jempol sisihkan, baru dimasukkan kalau gulenya sudah hampir mateng. Santan secukupnya, 25 cabe rawit utuh dimasukkan di gulenya saat masih setengah mateng. Bumbu yang diuleg : Cabe merah keriting, brambang, bawang, ketumbar, lada, pala, keningar, mesoyi, adas manis, bunga pekak, pala, kapulaga, jinten semua dilembutkan dengan garam secukupnya. Bumbu yang dimasukkan setelah sebelumnya digecek : sereh, jahe, daun kunyit, daun jeruk purut. Cara Masak : Gongso brambang yang sudah diiris tipis sampai harum, masukkan bumbu uleg dan bumbu celup, matikan api, pindahkan bumbu ke rebusan buntut yang sudah empuk, tambahkan santan sambil terus diaduk supaya santannya tidak pecah, masukkan cabe rawit, terakhir sebelum matang masukkan trubuk, kecilkan api rebus ½ jam…. ehm syedap… siap disantap.

    Tulisan Ira Y. Prasetyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat