Pengantar
Bapak Andjar Any (alm) adalah ayahanda teman se-angkatan kita YD Bayu Adi (eks 3-IPA-1) dan sekaligus ayah mertuanya Titi Sasanti (eks 3-IPA-1 juga). Bayu dan Titi adalah salah satu pasangan sealmamater dan seangkatan.
Informasi wafatnya bapak Andjar Any kita peroleh lewat SMS dari Luluk yang kemudian diwartakan ke milis dan SMS broadcast ke para Kasmajiers 81. Kita semua turut berduka dan merasa kehilangan karena almarhum adalah seorang yang sangat produktif (mencipta lagu-lagu keroncong, langgam, dan campursari.
.
Artikel di media, saya kutip dari ….
Solo Pos, 14-November-2008 10:03
.
Solo (Espos)—Kota Solo kehilangan salah satu maestro keroncong terbaiknya setelah Andjar Any mengembuskan nafas terakhirnya pada usia 72 tahun, Kamis (13/11) malam pukul 20.43 WIB di Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Surakarta. Pencipta lagu Jangkrik Genggong itu meninggal dunia karena sakit stroke yang sudah lama dideritanya. Ia meninggalkan seorang isteri, lima orang putera dan 13 cucu.
Menurut putera kedua Andjar Any, Norsakti, ayahnya menderita stroke sejak 1999. “Ini adalah serangan stroke yang keempat, ” tuturnya saat ditemui Espos di rumah duka Jl. Tekukur 1 No 7, Mangkubumen, Solo. Norsakti mengutarakan, Andjar Any pada Sabtu (8/11) dilarikan ke rumah sakit karena sakit yang dideritanya tersebut.
Ia menambahkan sejak terkena serangan stroke yang pertama, Andjar Any telah bolak-balik masuk rumah sakit. Pada serangan stroke yang ketiga Andjar Any masih dapat melakukan beberapa aktivitas bahkan menciptakan lagu. “Lagu terakhir yang diciptakan Bapak berjudul Salam Jumpa,” imbuhnya.
Ia mengutarakan satu keinginan Andjar Any yang belum dapat terlaksana yakni membangun museum keroncong. “Saking cintanya pada musik keroncong, Bapak ingin sekali membuat museum keroncong namun hingga saat ini belum kesampaian. Untuk itu kami akan berusaha memenuhinya agar keinginan itu terlaksana,” imbuhnya. Salah satu teman dekat Andjar Any, N Sakdani Darmopamudjo yang juga turut melayat ke rumah duka malam itu mengenang almarhum adalah sosok yang menyenangkan.
“Andjar Any adalah seniman serba bisa, ia selalu ramah dengan orang, bahkan selalu menganggap saudara kepada siapapun,” imbuhnya. Ia mengutarakan mengenal sosok Andjar Any sejak tahun 1967. “Andjar Any juga membuat sastra Jawa salah satunya berjudul Warok Sura Menggala,” imbuhnya. N. Sakdani juga sering berdiskusi mengenai sastra Jawa maupun dunia musik dengannya.
Oleh: Tutut Indrawati
.
.
Juga dari Kompas, 14 November 2008, hal. 15. Obituari
Komponis Langgam Jawa Andjar Any Tutup Usia
.
SOLO, KOMPAS – Komponis lagu langgam Jawa dan penulis sastra Jawa, Andjar Any (72), tutup usia, Kamis (13/11) di Solo, Jawa Tengah. Andjar sempat dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Solo, akibat stroke yang sudah lama dideritanya.
Hari Sabtu lalu, Andjar tidak sadarkan diri sehingga dilarikan ke rumah sakit dan langsung masuk ruang perawatan intensif (ICU). Hari Rabu, kondisi Andjar sempat membaik dan dipindahkan ke bangsal perawatan. Namun, Kamis pagi, kondisinya kembali memburuk. Sekitar pukul 20.45 Andjar mengembuskan napas terakhir.
Putra kedua almarhum, Nursakti Awan Adhi, menyatakan, ayahnya sudah empat kali terkena stroke. “Bapak menjadi teladan bagi kami. Beliau menunjukkan sosok kepemimpinan yang luar biasa, ulet, dan selalu menanamkan kepada kami harus menjadi yang terbaik,” ujarnya.
Andjar Any yang bernama asli Andjar Mudjiono adalah komponis legendaris langgam Jawa. Lagu ciptaan Andjar melambungkan nama sejumlah penyanyi, seperti Waljinah dan Mus Mulyadi. Lagu yang populer pada era 1960-1970 yang dinyanyikan Waljinah, antara lain, Yen Ing Tawang Ana Lintang dan .Iangkrik Genggong. Lagu campur sari ciptaan Andjar yang terkenal adalah Nyidam Sari.
Di mata Waljinah, maestro langgam Jawa asal Solo itu adalah sosok musisi yang baik dan berkemauan keras. “la berusaha keras supaya langgam Jawa terkenal. Saya merasa kehilangan,” katanya.
Selain menulis lagu, Andjar Any juga dikenal sebagai kolumnis di surat kabar, Pemimpin Harian Umum Pos Kita di Solo, dan penulis sastra sehingga mendapat, penghargaan Rancage.
Pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, ini meninggalkan istri, Niek Piyatni (74), dan lima anak, Andriyono Kilat Adhi (49), Nursakti Awan Adhi (47), Dewanto Bayu Adhi (46), Yuenda Maya Sari (44), dan Ayusmara Chandra Sari (41).
Menurut rencana, jenazah Andjar akan dimakamkan di Pemakaman Blibis Luhur, Solo, Jumat siang. Jenazah diberangkatkan dari kediaman di Jalan Tekukur Nomor 7 RT 03 RW 04, Kampung Purworejo, Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari, Solo, sekitar puku114.00. (SON)
.
Artikel terkait (alm) Bapak Andjar Any
- Jangkrik Genggong Antar Andjar Any (Solo Pos)
- Andjar Any Pencipta 1050 Lagu Impikan Museum Keroncong (Harian Joglosemar)
- Pencipta Lagu Yen Ing Tawang Ana Lintang Meninggal (Media Indonedia)
.
.
Sedikit mengenang ke seniman Bapak Anjar Any tercinta, ada sekelumit cerita. Kami (Sigit, Hendratto, Bowo, Topan, Mustadi, Heru Wasisto – eks Kasmaji ’81), mungkin salah satu temen putra beliau yang nomer 3 (Ir. Bayu Dewanto), yang sering mampir ke rumah.
Suatu saat saya berdua dengan Bowo, tidur di rumah beliau, di lantai 2. Waktu itu malem Jum’at. Sebelum tertidur lelap, sesekali kami mendengar suara rintihan roda besi beradu dengan rel kereta api. Kurang lebih jam menunjuk pukul 24.30, kami mendengar suara aneh, bukan suara kereta yang mengingatkan kita “jo jajan jo jajan”, tetapi suara perempuan yang agak serak, minta minum. Kami amati berdua, memang benar, di lantai bawah terdengar suara perempuan minta minum, kami amati lagi, suara tersebut adalah suara nenek Bayu yang sudah meninggal 2 bulan lewat. Kami kenal betul suara tersebut, bergidik juga bulu tengkukku.
Karena berdua kami beranikan turun, untuk meyakini sumber suara tersebut. Sambil jalan mengendap-endap, kami turuni tangga besi yang melingkar dari lantai 2 ke lantai 1. Sampai di bawah, kami dikejutkan oleh suara : “Opo mas, wedi?’ “Mboten kok pak, ming penasaran,” jawab kami hampir berbarengan.
Kami lihat disitu duduk Bapak Anjar Ani berdua dengan Ibu, sedang mendengarkan suara rekaman kaset ibunda tercinta yang telah almarhum. Lanjutan ucap beliau yang sangat saya ingat : “Aku kangen mas, karo Ibu,” dengan gaya senimannya beliau menunjukkan rasa kasih dan sayang terhadap ibunya dengan cara yang berbeda, tetapi saya sangat paham, itu mungkin bentuk doa lain yang mengiringi almarhum nenek Bayu menemui sang pencipta, dari putra tercinta.
Selamat jalan ayahanda tercinta : Bp. Andjar Any. Kami akan selalu mengenang kasih dan sayang, serta tauladan dan kebaikan yang pernah bapak berikan kepada kami. Amin.
salam
Sigit Roestanto
koreksi sithik mas, Bayu dan Titi bukan salah pasangan lho, he he he.
Wah, iyo.. mumpung durung diwaos karo ybs wis tak koreksi. Maturnuwun.
Laporan pandangan mata: Jenasah ayahanda Bayu diberangkatkan dengan diiringi lagu “Jangkrik Genggong” yg dinyanyikan oleh kelompok vokal dari SMA St. Yosef. Semarang kaline banjir jok sumelang ‘ra dipikir…..dst
Bentuk Keteladanan laen dari seorang “Anjar Any”.
sebelumnya kami mohon maaf kepada saudara Bayu, bila ada salah kata atau penafsiran dari saya.
Selepas dari SMA 1 Solo, kami (7 orang – kelompok Laskar Kasmaji, Sigit, Heru, Hendratto, Bowo, Bayu, Mustadi, Topan), sepakat melanjutkan kuliah melewati jalur sipenmaru, kami daftar di Perintis Satu, melalui Universitas Gadjah Mada. Kebetulan dari salah satu dari laskar tersebut, yaitu saudara Heru Wasisto mempunyai keluarga di Jogja, tepatnya di Kemetiran Kidul. Dari daftar sampai test kami tinggal di keluarga Heru Wasisto (makasih ya, Ru…sungkem buat Tantat).
Tibalah masa test. Ternyata selain dari kelompok di atas, ada temen-temen Kasmaji lain yang ikut numpang di Kemetiran Kidul (sak elingku: Agus Susanto, Yanuarius, Hayo dll) wis pokoke waktu itu rame sekali. Malam sebelum ujian, dari sekian teman kita yang ikut ujian, hanya Bayu yang tidak tidur di rumah Heru, sore itu Bayu dijemput mas Nanung (Nursakti), diajak ke kosnya, karena Bapak Anjar Any ada di Jogya. Beliau datang untuk memberikan semangat lebih kepada putra tercinta: Dewanto Bayu Adi, menghadapi ujian. Begitu besar perhatian beliau kepada putra-putrinya. Dan puji sukur kepada Tuhan, saudara Bayu diterima di IPB. Dalam hati saya berpikir mampukah bila suatu saat nanti, kita sebagai orang tua menyempatkan waktu sedikit, untuk memberikan perhatian lebih kepada anak-anak kita. Insya Allah. Amin
Mugi katur sedulur Dewanto Bayu Adhi sekeluarga,
Kami sekeluarga nderek belo sungkowo atas berpulangnya ayahanda ke rumah Bapa di surga dan keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan dari Tuhan. Yakinlah bahwa ayahanda telah tidur dengan damai seperti janji Tuhan:
“Sesungguhya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus”
Duka cita kami:
Himawan dan Ully
Om Yudi, lagune yen ing tawang ono lintang kok ora biso di buka ya. Suwun tuk semuanya ini.
Mosok to, pak Haji? Akses internetnya pake apa? Jajal URL iki dicopy-paste ke bagian address di browser http://www.youtube.com/watch?v=JSC738wIj_8 ATAU masuk ke situs http://www.youtube.com neng bagian search digoleki wae “Yen Ing Tawang” mengko rak metu beberapa posting, tinggal dipilih wae.
wah wis pancen ngetoki yen wong alas tenan yo, alhamdulillah wis biso, ternyata okeh. Maturnuwun ( karo nglaras menikmati lagune..he…he…sayang ora ono jagung bakar nggo ngancani nglaras…)
(Nuwun sewu rada telat),
Kagem Kamas Dewanto Bayu Adhi sekalian, saking Pekalongan kulo sakluwargo namung saged nderek bela sungkawa awit sedane keng Rama. Muga katampa ngarsane Gusti Allah swt, Amin.
-boedi m/b5-
sanajan telat, kulo nggih namung saged nderek bela sungkawa
~JM
Turut berduka cita atas meniggalnya bapak Anjar any , semoga keluarga yang ditinggalkan selalu tabah dan semua amal ibadah almarhum diterima Tuhan amiin dan Semoga akan lahir seniman-seniman baru yang akan meneruskan semangat almarhum yang akan tetap melestarikan budaya jawa.amiiin .
Hewmnn,,, keciiiannnnd……..
Udach tutup usia toh Ropa.a……
Turut berdukacita dech……
Hewmnn,,, keciiiannnnd……..
Udach tutup usia toh Ropa.a……
Turut berdukacita dech……
Saya sama sekali tidak mengenal Bapak Andjar Any (alm) namun saya sangat suka lagu-lagunya, terutama YEN ING TAWANG dan SEKAR MELATI. Dari lirik dan nada lagunya saja sudah lebih dari cukup untuk menilai bahwa si pencipta lagu ini adalah orang yang sangat dalam batin dan jiwa seninya. Saya bersyukur bahwa di muka bumi ini pernah ada insan manusia yang menyumbangkan karya seperti ini. Sayangnya, beliau berpulang sebelum sempat saya sowan. Namun bagi saya Bapak Andjar Any tetap jaya melalui lagu-lagunya, beliau tetap bersama kita dalam kenangan. Rahayu…rahayu _/_