Tanggal 11 September 2014, teman kita Yanuarius Koli Bau (eks 3 IPA 1) meninggal dunia setelah cukup lama menderita kanker di tenggorokan. “Ada masalah dengan selaput suara” begitu kata Yan saat mengomentari artikel di blog tentang penampilannya di acara Kick Andy,\,
Saya sendiri kurang mengikuti perjalanan karir Yan maupun keluarganya. Info tentang Yan didapat menjelang reuni 2008 berupa alamat email dan nomor telpon. Belakangan baru tahu bahwa Yan sudah doktor sosiologi UGM dan mengajar di Universitas Cendana, bahkan sudah menjadi tim ahli Anggota Dewan Pertimbangan Presiden di era SBY.
Mudah-mudahan tulisan berikut ini dapat memberikan gambaran lebih lengkap mengenai teman kita, almarhum Yanuarius Koli Bau.
Tulisan di bawah ini dikutip dari blog Wilson Therik, 12 September 2014
Dalam perjalanan dari Kota Solo ke Kota Salatiga dengan menumpang AKDP Sumber Wangi, saya memeriksa ponsel ketika ada bunyi nada notification Facebook. Rupanya sobat saya Dr. Dominggus Elcid Li sekitar pukul 22.00 WIB menulis status di akun facebooknya yang membuat saya benar-benar kaget dan tidak menyangka, Elcid menulis “Turut berduka cita untuk berpulangnya Pak Yanuarius Koli Bau, Dosen Universitas Nusa Cendana (Undana)”.
Saya langsung teringat ketika akhir Tahun 2010, saya bersama-sama dengan Almarhum (dan Kusuma Dewi dari CRCS UGM Yogyakarta) terlibat dalam Penelitian Sosial tentang Perdamaian di wilayah Timor Barat atas dana dari American Friend Service Committee (AFSC) Indonesia yang berkantor pusat di Kota Yogyakarta, Pak Yan, demikian panggilan akrab saya kepada beliau, adalah sosok yang supel dan komunikatif, meskipun beberapa mahasiswanya di FISIP Undana menilai beliau adalah sosok dosen yang killer dan jarang masuk kelas karena sering melakukan penelitian lapangan.
Dari Pak Yan, saya memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang identitas “Orang Kupang” dari sudut pandang Sosiologi dan Antropologi, saya masih ingat pesan Pak Yan disela-sela diskusi hasil riset tim kami di Kantor AFSC di Yogyakarta, beliau berkata suatu saat nanti kamu akan paham bahwa sesungguhnya tidak pernah ada yang namanya “Orang Kupang” baik sebagai identitas maupun sebagai etnis. Tidak hanya itu, pengetahuan beliau tentang masyarakat Belu juga cukup luas, hal ini tercermin dari beberapa publikasinya tentang kehidupan masyarakat di kabupaten Belu.
Pernah suatu waktu, Pak Yan mampir ke rumah saya di Oesapa Barat, beliau meminta kesediaan saya untuk menggantikan beliau dalam pertemuan Tim Peneliti AFSC di Banda Aceh, namun saya menolak dengan halus, saya katakan, Pak Yan adalah orang yang berpengalaman dalam melakukan riset sosial karena itu Pak Yan adalah orang yang paling pas untuk hadir dalam pertemuan AFSC di Aceh, Pak Yan akhirnya bisa menerima alasan saya, tak sengaja Ayah saya datang menghampiri dan saya perkenalkan kepada Ayah saya bahwa Pak Yan adalah bukan orang Belu biasa, Pak Yan bisa bahasa Tetun yang lancar, Pak Yan dan Ayah saya bernostalgia dengan bahasa Tetun tentang Belu tempo doeloe ketika mereka sama-sama dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya di Kota Atambua-Belu.
Dari Pak Yan pula saya belajar bagaimana cara membangun jaringan/mitra kerja (networking), karena kemampuan berjejaringnya itu, tak di sangka Pak Yan yang semula adalah Dosen di FISIP Undana Kupang yang Kepala Pusat Studi Perubahan Sosial dan Politik Lokal Undana yang bahkan tidak pernah ambil pusing dengan jabatan fungsional akademiknya justru memiliki karier di sekitar ring RI 1 yakni sebagai Staf Ahli Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI dan karena itu “memaksa” beliau harus meninggalkan kampusnya untuk menetap di Jakarta.
Sebelum menjadi Staf Ahli Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI di Jakarta, sebagai Kepala Pusat Studi Perubahan Sosial dan Politik Lokal Undana, Pak Yan terlibat aktif berdiskusi bersama kami dalam Gerakan SOMASI PLN (Solidaritas Masyarakat Sipil Peduli Listrik Negara), di Gerakan SOMASI PLN ini lah saya juga belajar dari Pak Yan bagaimana membangun gerakan sosial berbasis pada data dan fakta yang valid, supaya ketika aksi tidak sekadar bawa poster dan spanduk atau bakar ban tetapi peserta aksi juga harus paham apa substansi yang diperjuangkan oleh sebuah gerakan sosial yang dibangun
Pak Yan memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Sosiologi dari UGM Yogyakarta dengan judul disertasi: Negara, Etnisitas dan Sektor Informal: Kasus Kupang, Nusa Tenggara Timur di bawah bimbingan Promotor Prof.Dr. Loekman Soetrisno pada Tahun 1999. Karena penelitian disertasi ini lah Pak Yan punya pengetahuan yang luas tentang peristiwa kerusuhan sosial yang melanda Kota Kupang pada Tahun 1998.
Tanggal 8 Juni 2014 adalah komunikasi terakhir saya dengan Pak Yan via facebook, beliau menanyakan situasi politik di Kota Kupang menjelang Pilpres 2014, Selamat Jalan senior sekaligus sahabat dalam berdiskusi Dr. Yanuarius Koli Bau, M.S, Sosiolog Politik Cum Antropolog
Salatiga, 11 September 2014
Griya Pemondokan Jambewangi
Beberapa foto dari facebook Yanuarius (masih ada), dan akun putrinya (?) yang nJawani, Adventianingtyas Sukmayani.
Aku ikut merasa bangga dan memiliki adanya situs ini, sehingga kita bisa saling mengenal lebih dalam lagi sesama angota keluarga kasmaji. Kami angkat topi buat DWI “Yudi” PRAMONO yang telah membuat blog ini dan dengan tekun serta nyata selalu meng”update” info seputaran Kasmaji81 Solo khususnya, semoga ini bisa menjadi amal baginya demi tersambungnya tali silaturahiim diantara kita hingga semakin menjadi lebih guyub-rukun & barokah.
Salam sehat sejahtera dan sukses serta barokah selalu , aamiyn.
Lima tahun yang lalu, teman kita Yanuarius Kolibau meninggal dunia. Sebagai murid pindahan mungkin banyak yang belum sempat berkenalan dengan Yan semasa sekolah. Sebelum wafatnya, Yan adalah doktor sosiologi dan mengajar di Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT. Yan sempat tampil di acara Kick Andy Show sebagai narsum mengenai Timor Leste.
Mengenang lima tahun wafatnya, saya kirim tautan artikel tentang Yanuarius Koli Bau di grup-grup WhatsApp Kasmaji 81.
Lha kok ya wis 5 th ya…. semoga arwah alm Yanuarius mendapatkan tempat yg terindah disisi Tuhan YME.. aamiin
Semoga damai bersamaNya
Alhamdulillaah dhisik bisa melu nglayat, mengantar jenazahnya.
Selamat jalan kawan, Yanuarius.
RIP @Yanuarius Kolibau
Minggu sore. 9 Juni 2013 Yanuarius sempat jadi “voorrijder” waktu kami bawa dik Ully hrs jalan darat (tdk boleh naik pswt) ke Jkt dlm keadaan sakit untuk operasi tumor otak di RS Siloam Semanggi oleh Prof DR Eka Wahyu Pramana, Sp BS, PhD 11 Juni 2013.
Yan mengawal kami dgn mobil di depan sampai Jakarta dan bezoek saat operasi. Padahal ternyata Yan sendiri sudah sakit cancer larynx yg akhirnya menyebabkan Yan mendahului kita menghadap Sang Khalik.
Yan memang teman yg luar biasa, waktu tak bzk di panti rapih banyak cerita sampai ketawa2 , pdhl dia sakit yg sebentar2 hrs mengusap cairan yg keluar dari lehernya, semangatnya luar biasa, Tuhan sayang sama Yan dan semoga Yan damai di surga,
Amin 💐🙏