Pasar Mambu bakal tersingkir?

ps-gadingWaktu Didiet dan keluarga tour de Java saat liburan akhir tahun lalu, mereka mampir membeli dawet Bu Dermi di Pasar Gede, Solo. Tapi keinginan menikmati langsung di lokasi terganggu karena “bau khas pasar” yang tidak sedap, apalagi bagi yang jarang sobo pasar. Ciri khas pasar tradisional yang becek, bau, dan tidak tertib inilah yang sedang diperbaiki oleh pemkot Solo.

Sementara itu, “gerakan modernisasi pasar tradisional” yang dilakukan pak Jokowi, walikota Solo sudah banyak yang terlaksana bahkan menjadi proyek percontohan nasional (salut untuk pak Jokowi!). Setelah Pasar Klithikan, Nusukan, Widuran, dll. berikut ini kutipan dari SM hari ini (28/01/09), yang mungkin akan membuat pangling teman2 yang lama tidak melewati Pasar Gading.


.

Rehabilitasi Pasar Tradisional di Solo

Pedagang Berseragam seperti Karyawan Supermarket

.

PASAR-pasar tradisional di Kota Bengawan terus dibenahi. Bukan saja bangunan fisiknya, tetapi juga menyangkut pedagang dan pelayanannya. Jangan kaget, nanti pedagang akan mengenakan pakaian seragam, bertopi, dan dilengkapi celemek. Layanan seperti itu, selama ini telah dinikmati para pembeli di pusat-pusat perbelanjaan modern. Siapa yang tak suka berbelanja dilayani orang-orang berpakaian bersih dan rapi?

Jelas, layanan itu menjadi salah satu daya tarik, agar pembeli senang datang ke tempat perbelanjaan. ’’Itu akan kami lakukan, agar layanan pasar tradisional tak kalah dengan supermarket,’’ ujar Wali Kota Surakarta Ir Joko Widodo (Jokowi). Ide Jokowi itu muncul, setelah blusukan ke pasar, mengetahui banyak pedagang mengenakan pakaian kurang rapi dan kotor.

Menurut dia, pembeli adalah raja. Maka harus dihormati. Berpakaian rapi dan bersih merupakan bagian penghormatan kepada konsumen. ’’Pakaian seragam dilengkapi celemek itu nanti mulai akan kami terapkan di Pasar Gading,’’ ujar Kepala Dinas Pengelola Pasar Suakarta Drs Satriyo Teguh Subroto.

Pasar Gading yang pembangunannya sudah selesai dan menurut rencana Februari 2009 ini akan ditempati, sekarang lebih tampak higinies. Pasar ini sekarang bagian depannya terdiri atas kios-kios permanen dan tertutup pintu lipat (folding gate). Lapak-lapaknya juga terbuat dari bahan steinless steel alias baja anti karat.

Dibandingkan dengan sebelumnya, pasar tradisonal ini jauh lebih indah. Dulu, pasar ini kumuh, tak beraturan. Pemandangan depan pasar, tertutup puluhan mobil carteran yang setiap saat ngetem di sana. Pemilik kios juga tak leluasa menggelar dagangannya karena banyak terhalang dengan penjual makanan yang malang melintang di lorong-lorong pasar.

Proyek Percontohan
Pasar Gading ini ditetapkan menjadi pilot project pasar tradisional secara nasional. Jika pilot project ini berhasil, maka pasar-pasar tradisional seluruh Indonesia nanti akan dibuat seperti pasar ini. Ini bukan gagasan Wali Kota Jokowi yang pertama.

Jokowi yang kreatif itu sebelumnya berhasil membangun Pasar Notoharjo, di Semanggi yang diperuntukkan khusus bagi pedagang kaki lima (PKL) yang menjual aneka barang bekas. Sekitar seribu PKL yang membuat kumuh Monumen Banjarsari (Monjari) dipindahkan secara manusiawi ke Pasar Notoharjo.

Inilah yang mencuatkan nama Jokowi ke ’’panggung’’ nasional. Betapa tidak, sementara di tempat lain PKL diburu-buru, tapi di Solo justru ditampung dan diberikan kios gratis. Namun tak semua PKL yang pindah ke Pasar Notoharjo senang tinggal di situ. ’’Karena sepi, saya terpaksa menjual kios,’’ ujar Hartono seorang pemilik kios. Satriyo membenarkan seluruh kios di Pasar Notoharjo belum ditempati oleh pemegang Surat Izin Penempatan (SIP). ’’Sekarang ini ada sekitar 60 kios yang tutup. Kalau tidak segera ditempati, akan kami jual pada orang lain yang membutuhkan,’’ tegasnya. (Subakti A Sidik-50)
.

Sumber : Suara Merdeka, 28 Januari 2008
Artikel terkait : Rehabilitasi Pasar Tradisional di Solo, Diusulkan Dilengkapi Lift

4 Replies to “Pasar Mambu bakal tersingkir?”

  1. Ada bagusnya tapi ada bingungnya? Yen aku ora patek pangling perubahan Pasar Gading(khususnya dari luar). Tapi klo nanti sdh dibuka alias beroperasi aku kepengin mengunjungi juga. Soale terakhir aku mulih Solo, 25 Jan ’09 lawange isih digembok kabeh. Malah yen mburine/elor Pasr dienggo ngandang Kyaine Slamet.
    Memang Pasar Gading dalam perjalanannya mengalami berbagai perubahan bentuk dan fungsinya. Sejak aku masih kecil wis blusukan ke situ, kebetulan Mbah Putri & Bulikku yo dodolan bumbon. Terus Pasar Gading digabung karo Pasar Gemblegan yg lokasinya di Gemblegan eks Stanplat bus Hardjodaksino. Di situ klo gak salah ada juga salah satu Pedagang(Agen) yg anaknya juga alumnus SMA1 angkatan 81(klo gak salah Darmasto, di mana ya skrg?).
    Pasar yg sudah gabungan ini kemudian dipindah Ngidul ke ujung barat Jl Dewi Sartika(d/h Danukusuman), alias ujung kebalikan dr daleme Jeng Dokter Retno Endar.

    Lha ini yg saya jadi bingung, lokasi yg dulu pemukiman dijadikan pasar tradisional yg merupakan gabungan 2 pasar, sedangkan bekas lokasi pasarnya sendiri difungsikan lagi sebagai pasar modifikasi alias kreasi baru. Btw, saya kira banyak juga nilai lebih dari Pasar karangane Mas Jokowi.

  2. Salut atas usaha Walikota Solo Jokowi dalam usaha mengangkat & memanusiawikan pasar tradisional, dgn menjadikannya lebih nyaman, tidak becek, kumuh, bau, dsb.

    Kendala utama dari meningkatkan kondisi pasar tradisional (kalau di Jabodetabek sering diistilahkan pasar inpres atau pasar proyek), adalah kemampuan finansial para pedagang di pasar lama. Biasanya yg pertama dilakukan adalah pasar dipindahkan ke suatu tempat, lalu pasar lama dibongkar, dibuat baru, bertingkat, dsb. Tapi setelah pasarnya jadi, harga (beli maupun sewa) tiap kios akan naik sekian kali dari dulu. Alhasil hanya yang punya modal lebih yg bisa menempati pasar yg baru. Sedangkan yg modal pas2an akan tersingkir & kleleran di tempat2 lain. Jadilah mereka PKL atau buka lapak2 di area yg tidak seharusnya.

    Kemudian biasanya pasar yg baru lama2 jadi kumuh juga! jalan di depannya rusak dan macet, dan-lagi2, becek. kenapa ya?

  3. Pasar Gading untuk mewujudkan pasar yang humanis memang baik tetapi untuk merubah kawasan heritage yang sedemikian eksotik seperti kawasan Kraton Surakarta saya rasa tidak selayaknya bangunan pasar Gading menjadi seperti itu, keras,angkuh

  4. Mudah2an semua terlaksana dengan baik, ya menaikkan pendapatan masyarakat, tidak menimbulkan kekumuhan baru dan tidak menghilangkan kebudayaan, semoga, amiiin

Leave a Reply to Didiet Priatmadji Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat