Djoko Hendratto, eks 3 IPA 1, suami dari Luluk Nurrohmah (eks 3 IPA 4) tinggal di Bogor. Di sela-sela kesibukannya sebagai pejabat Kementerian Keuangan ia masih menyempatkan untuk meneliti dan menulis. Tanggal 31 Maret 2017 Djoko Hendratto lulus dalam ujian promosi doktor di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB Universitas Indonesia. Kutipan abstrak disertasinya saya kutipkan di bawah artikel.
Drs. Djoko Hendratto, S. E., MBA, merupakan anak ke enam dari sepuluh bersaudara. Lahir dan besar di tengah keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kerja keras membuat Djoko kecil menjadi sosok yang jujur dan berkemauan keras. “Bekerja agar bisa melanjutkan sekolah”, merupakan sebuah kalimat yang selalu terpatri dalam kepala. “Saya mempunyai janji kepada ibu saya, bahwa saya akan menjadi doktor. Jadi saya berniat untuk terus menuntut ilmu,” tuturnya mengingat masa lalu.
Djoko membuka lembaran memori selama kuliah di UNS Jurusan Studi Pembangunan (sekarang Ekonomi Pembangunan) angkatan 1981. Saat itu ia menjabat sebagai ketua angkatan (korti.red) tahun itu. Ia juga aktif di organisasi kemahasiswaan, seperti MENWA (Resimen Mahasiswa), PMI, dan pencinta alam, tetapi ia tidak tertarik dengan organisasi politik.
“Saat kuliah saya nggak punya buku, tetapi saya selalu duduk paling depan saat kuliah. Kalau waktu ujian saya tidur di tempat teman yang punya buku. Terus saat di kelas, teman-teman mengelilingi saya buat tanya jawaban. Tapi, saya nggak pernah nyontek, kalau saya nggak tahu, ya sudah nggak tahu,” tuturnya diselingi gelak tawa.
Setelah lulus kuliah, ia menjadi seorang konsultan di FAO UNDP, yang menangani proyek seputar pertanian. Setelah itu, ia bekerja sebagai staff bagian Pengembalian Pajak Import, Bapeksta (BadanPelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan), Kementerian Keuangan. Ia melanjutkan sekolah ke Amerika Serikat setelah berhasil membuat sebuah program yang dapat menghemat waktu yang biasanya diselesaikan selama 60 hari menjadi 14 hari.
Sekembalinya dari Amerika Serikat, ia pindah tugas menjadi Kepala Sub Bagian Penyusunan Sistem Informasi, Sekretaris Badan, Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Sejak saat itu, ia sering menerima promosi untuk naik jabatan. Hingga akhirnya pada tahun 2012 ia menjabat sebagai Kepala Biro Riset danTeknologi Informasi, Bapepam LK.
Saat menjabat sebagai Kepala Biro Riset dan Teknologi Informasi, Bapepam LK, ia ingin mewujudkan cita-cita agar industri keuangan di Indonesia beralih secara penuh dari saving community based ke arah investment community based. Sehingga seluruh perencanaan keuangan baik di tingkat individual, keluarga, dan organisasi didasarkan pada bagaimana mengembangkan nilai asset melalui investasi. Akibatnya akan berdampak pada biaya ekonomi yang murah dan tercapainya efisiensi di semua sektor dalam perekonomian nasional.
Selama kurang lebih 18 tahun ia berkecimpung di bidang pasar modal dan lembaga keuangan. Ada sebuah peristiwa yang sangat berkesan bagi ia, yaitu krisis keuangan tahun 2005. “Pengalaman yang paling berkesan buat saya itu, saat menjabat sebagai Kepala Biro Pengelolaan Investasi, Bapepam LK. Saat itu terjadi krisis keuangan 2008 yang bermula dari krisis keuangan tahun 2005. Saat tahun 2005, pasar modal mengalami collapse, anjlok. Saat itu saya masuk dan ditugaskan untuk melakukan pembenahan. Pada pembenahan awal, kami dipanggil ke DPR karena ada persoalan penipuan tentang pasar modal. Nah, disitu kami dihujat habis-habisan oleh para investor, padahal aku gak tahu apa-apa. Lalu, saya ditugaskan untuk membenarkan, membenahi, membersihkan, istilahnya itu manager investasi. Industri-industri saya benahi, dan kalau ada yang tidak benar, yang nggak mengelola saya copot izinnya. Waktu itu saya mencabut izin pengelola investasi sekitar 31, dari total 114. Saat itu jarang sekali bahkan nggak pernah ada yang mencabut izin pengelola investasi,” terangkan.
Sisi positif dari tindakan Djoko pada waktu itu, industri-industri mengalami perkembangan ke arah yang baik. Di sisi lain Djoko banyak dituntut di pengadilan. Ia dirumorkan yang macam-macam karena mencabut izin. Dari hari ke hari industri-industri mengalami kenaikan terus menerus. “Karena peristiwa itu, saya bisa mengenal perilaku, menempatkan posisi sebagai regulator dan supervisor, menangkis isu yang menyudutkan, berinteraksi dengan wartawan, pengadilan, kepolisian, investor yang dirugikan masyarakat, mengarahkan investor agar tetap percaya. Dan hal itu adalah hal yang sangat menarik, meskipun saya jadi nggak tidur, hahahaha, ” tambahnya sembari tertawa.
Selama kurang lebih 18 tahun bekerja di bidang pasar modal dan lembaga keuangan menjadikan ia menjadi sosok yang tegas, menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran. Sehingga ia sekarang diamanahi sebagai Direktur Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Kementrian Keuangan.
Selama perjalanan karier, ia mempunyai begitu banyak pengalaman-pengalaman yang berharga. “Saya pesan kepada seluruh mahasiswa dan alumni UNS agar jangan pernah merasa undertop, harus merasa confident, jangan pernah berkecil hati karena merasa mempunyai kualitas yang kurang. Yang dinilai itu bukan darimana kita berasal, tetapi kemampuan dan keyakinan kita untuk bersaing dengan yang lain. Buktikan kepada mereka bahwa kita juga kompeten. Berkembangnya seseorang ditentukan oleh pengayaan diri sendiri,” pesan Djoko.
“Saya lihat, dari hari ke hari UNS sebagai institusi pendidikan, mengalami perkembangan yang baik. Karena saya mengawasi BLU-BLU universitas, termasuk UNS, jadi saya tahu perkembangannya,” terangnya mengakhiri obrolan. [*]
Artikel dikutip dari sini
Efek Industrial Terhadap Resource Management dan Kinerja Organisasi: Analisis Industri Reksa Dana di Indonesia
Disertasi
ABSTRAK
Penelitian ini menginvestigasi faktor pendorong perusahaan untuk mencapai kinerja diatas rata rata industri reksadana di Indionesia yang mengalami pengaruh dari ketidakpastian pasar dunia. Untuk tujuan ini, pandangan berbasis sumber daya dikombinasikan dengan wawasan institusionalisme baru, dalam kondisi pasar yang tidak sempurna, akan mengkaji peran pengaruh tekanan atas kesesuaian sosial (isomorphism pressure) dalam keputusan perusahaan, seperti aturan dan norma pada kegiatan ekonomi. Berbasis kepatuhan nilai institusional tersebut, perusahaan membuat keputusan untuk meningkatkan keunggulan kinerja dengan wawasan behavioral dan teori behavioral finance, dalam mengarahkan respon sumberdaya melalui resource management pada input dari faktor eksternal tersebut pada industri reksadana.
Penelitian ini dilakukan terhadap industri reksadana saham di Indonesia dengan responden berjumlah 107 direksi dan 107 tim pengelola investasi, dengan pengelolahan data menggunakan Structural Equation Moddeling. Hasil penelitian menunujukan; pertama, isomorphism pressure dan market imperfection dan resource management berpengaruh positif terhadap expansion strategy sedangkan isomorphism pressure tidak berpengaruh.
Adapun kontribusi teoretikal adalah menggabungkan pengaruh lingkungan sosial (norma) dan lingkungan keuangan (produk reksa dana) untuk diperhitungkan oleh perusahaan pada studi manajemen stratejik dalam melakukan resource management dan strategic expansion. Implikasi praktis pada lingkungan kebijakan publik berkenaan dengan penting bagi regulator memahami kondisi pasar secara riil, bukan berdasarkan persepsi masa lampau sehingga pengaturan yang dilakukan mampu mengatasi kondisi market imperfection. Kesalahan memahami kondisi pasar akan menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan industri.
Kata Kunci: industry reksadana, sumberdaya, institutionalisme, resource management, expansion strategy, market imperfection, kinerja