Kata “Sabar” sudah tak asing bagi kita, hanya satu kata tapi susah untuk diterapkan dalam persoalan hidup. Padahal Allah mensejajarkan sabar dan sholat sebagai kewajiban kita “Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu” (QS Al-Baqarah: 45 &153).
Terus terang banyak diantara kita yg sangat hati-hati menjaga sholatnya, namun di sisi lain adakalanya kita tak pernah merasa berdosa saat “tidak sabar” terhadap sebuah masalah. Padahal kunci masuk dilimpahkanya sifat-sifat yang baik dari Allah adalah sabar.
‘Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar” (QS Fushilat: 35).
Proses belajar sabar seringkali dimulai dengan ridla apa diberikan Allah kepada kita, nrimo in pandum. Tak ada keluh kesah sedikitpun. Mustahil kita akan tahu hakekat sabar kalau itu hanya sebatas tataran teoritis saja, tanpa sebuah laku dalam menghadapi persoalan hidup ini.
Sikap selalu ridla terhadap setiap pemberian Tuhan, sedikit demi sedikit akan membuat kita mengenal guratan hati kita, ini hal yang sangat penting. Apabila kita telah bisa mengenal guratan hati kita, maka barulah kita mulai meng-adjust sikap dan laku lahiriyah dengan persoalan hidup ini.
Umar bin Khatab mengatakan: “Haruslah engkau bersabar! Ketahuilah sabar itu dua. Yang satu lebih utama dari yang lain, sabar pada saat musibah itu baik. Dan yang lebih baik lagi sabar menahan hawa nafsu apa-apa yang tidak disukai Allah. Ketahuilah bahwa sabar itu memiliki iman. Yang demikian itu, adalah bahwa takwa itu kebajikan yang utama. Dan takwa itu dengan sabar”.
Semoga kita termasuk orang-orang yang berserah diri, menerima setiap pemberian Tuhan dengan ridla. Untuk berserah diri dipersyaratkan sabar. Dan puasa itu belajar hakekat sabar, puasa adalah separuh sabar (HR Ibnu Majjah).
Wallahu a’lam bish-shawab.
mustadihisyam