Surat An-Nas (Manusia)

Surat 114, 6 ayat, diturunkan di Makkah

Bismillaahirrahmaanirrachiim.

Qul a’uudzu birabbinnas, [Katakanlah, “Aku berlindung kepada Pemelihara manusia”]; Malikinnaas, [Penguasa manusia]; Illaahinnaas, [Tuhan manusia]; Min sharril was waasil khannaas, [dari kejahatan bisikan dari si pengintai peluang]; Alladzii yuwas wisufii suduu rinnaas, [yang membisikkan dalam dada manusia]; Minal jinnati wannaas, [dari jin dan manusia].

Dalam Al Qur’an surat yang terakhir 114 yaitu surat An-Nas disebutkan bagaimana caranya manusia berlindung kepada Allah dari gangguan sesama manusia. Saya dan Anda semua adalah manusia, setiap hari baik di kantor, di jalan, di rumah, di kampung selalu berhubungan dengan manusia.

Agama Islam mengatur hubungan kita dengan Allah dan juga kepada sesama manusia. Tidak bisa dipungkiri kita hidup di tengah-tengah lautan manusia, dan ternyata berhubungan dengan manusia itu tidaklah mudah, yang baik menurut pendapat kita belum tentu baik menurut pendapat orang lain. Tindakan dan cita-cita kita yang mulia pun belum tentu dapat diterima orang lain dengan baik, pada dasarnya setiap tindakan kita kalau dipandangnya merugikan untuk dirinya, niscaya akan dihambatnya.

Manusia bisa menguntungkan, bisa juga merugikan bagi kita, mau menyingkir dari ikatan pergaulan manusia tidaklah mungkin, terlalu banyak bergaul dengan manusia juga bukan berarti tak ada resikonya, resiko itu bisa berakibat baik atau buruk terhadap kita.

Maka Allah mengajarkan kepada manusia lewat Rasullullah, bagaimana cara menghadapi dan hidup di tengah-tengah manusia, yaitu disuruh melindungkan dirinya kepada Allah, karena Allah sebagai Rabbun Nasi (Pemelihara manusia), Malikun Nasi (Penguasa manusia), dan Ilahun Nas (Tuhannya manusia).

Allah adalah Rabbun, Malikun, Ilahun Nasi. Allah adalah Pemelihara, Penguasa, dan Tuhan nya manusia. Allah adalah KHALIQ, pencipta alam semesta ini, termasuk manusia adalah ciptaanNya.

Manusia dalam kehidupan sehari hari selalu hidup dalam suatu pergaulan, maka diberikanNya akal dan budi, sehingga manusia dapat merencanakan hidup ini apa yang akan diperbuatnya di dunia ini sampai nanti meninggalkan dunia ini. Namun Allah tidak membiarkan begitu saja manusia hidup semau maunya saja.

“Apakah menyangka manusia itu bahwa ia akan dibiarkan saja hidup terlunta-lunta ? ” ( Al Qiyamah 36 ).

Tuhan adalah Rabbun Nas – Pemelihara manusia, Allah tidak akan membiarkan manusia hidup terlantar begitu saja, Dia memelihara lahir dan batinnya, luar-dalamnya, jasmani-rohaninya, makanan dan minumnya, yang dipelihara meliputi aku, Anda semua dan semua makhluk di dunia ini yang namanya Nas.

Kalau Allah melarang kita minum minuman keras bukan berarti Allah menghambat keinginan kita, tapi karena sayang kepada maklukNya supaya tidak merusak ginjalnya, karena Dia sebagai Rabbun Nasi – pemelihara manusia.

Kalau Allah melarang berjudi bukan berarti Allah itu mengganjal keinginan kita, tapi justru menjaga-memelihara kita agar tidak merusak jiwa ini. Kalau Allah mengharamkan mencuri, bukan berarti menghakimi kita, tetapi supaya pikiran dan jiwa kita tenang dan tentram.

Gerak turun naiknya jantung kita yang tidak mengenal waktu 24 jam non stop, kembang-kempisnya paru kita, alat pencernaan kita, telinga kita sehingga bisa mendengarkan alunan lagu yang merdu, mata kita dapat melihat keindahan ciptaanNya, bulu hidung kita yang berfungsi sebagai penyaring udara sebelum masuk ke paru, ginjal kita yang berfungsi sebagai penyaring zat yang bermanfaat untuk tubuh dan zat yang tak berguna yang kemudian dikeluarkan melalui urine, lidah kita yang tidak mempunyai tulang sehingga memudahkan kita saat makan dan berbicara, tubuh kita yang 70 % terdiri dari air diberikanlah klep -klep didalam tubuh kita olehNya, sehingga tak setetespun air itu keluar menetes dari tubuh ini, itu semua tetap terus dalam pemeliharaan Nya, Rabbun Nas.

Digelarnya bumi yang keras ini, di dalam bumi tersedia semua zat yang diperlukan oleh mahluknya, ada zat yang namanya Calsium, Fe, mineral dan beratus lagi zat zat lainnya ada di dalam bumi ini, tubuh manusia tidak punya alat yang langsung menghisap zat yang ada di tanah itu,

Allah Maha Kuasa , diberinya mediator yaitu tumbuh tumbuhan yang akan mengisap zat itu melalui akar dan mengolah menjadi protein, karbohidrat, Vitamin, lemak dsb. Supaya tanaman itu bisa tumbuh di atas tanah yang keras ini di berikanlah hujan yang membasahi, melunakkan tanah ini. Dan supaya Tanaman dapat mengolah zat yang di ambilnya dari dalam bumi ini, maka Allah berikan matahari yang sinarnya diperlukan untuk fotosintesis. Tumbuhan selanjutnya berdaun hijau, berbuah dan manusia yang menikmatinya, Subhanallah !

Tubuh manusia perlu protein, lemak hewani, diciptakannya hewan sapi, kerbau. Supaya sapi, kerbau bisa hidup dan berkembang maka Allah ciptakan tanaman yang namanya rumput untuk makanannya, lalu tumbuhlah sapi, kerbau itu menjadi gemuk dan manusia menikmati dagingnya yang mengandung protein, lemak hewani, kalsium dlsb.

Diciptakannya laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi, saling menyayangi sesuai dengan aturanNya. Ini semua wujud bahwa Allah adalah Pemelihara Manusia ! Baik jasmani dan rohani. Dan Tuhan adalah Malikun Nas – Penguasa manusia, tidaklah ada artinya kalau kita mengakui Allah sebagai Rabbun Nas tapi tidak mau mengakui Allah sebagai Malikun Nas – penguasa manusia, karena sebagai penguasa maka Tuhan mempunyai peraturan yang harus diikuti oleh manusia yaitu Sunnatullah, sehingga manusia tidak bisa hanya berpangku tangan terus dengan sendirinya semua kebutuhan dan keingingan kita akan terpenuhi, kalau pengin hidup layak bekerjalah sesuai dengan ilmu dan kemampuan kita.

Kalau mau menjadi orang pandai belajarlah, kalau mau menjadi sehat peliharalah pikiranmu dan ragamu dengan berolah raga, makan yang halal dan baik, kalau mau ditinggikan derajatnya amalkan ilmu untuk kemaslahatan ummat.

Allah sebagai penguasa manusia, Dia kuasa menjadikan manusia dari setetes mani, lahirlah manusia. Dia kuasa untuk mencabut nyawa kita, walaupun kita bersembunyi di kolong langit manapun, karena Dia yang empunya nyawa kita. Kalau sudah jelas nyawa kita bukan kita yang punya, apalagi yang kita kuasai dan punyai di dunia ini, rumah mewah … mobil bagus…. Istri yang cantik….suami yang gagah… jabatan yang tinggi! Semuanya hanya Allah lah yang kuasa, yang empunya, semuanya yang kita miliki ternyata hanyalah titipan dari Allah, suatu saat akan kita tanggalkan semua.

Tapi mengapa setiap apa yang dititipkan kepada kita, ketika diminta kembali yang empuNya, kita mengatakan itu musibah? Bukankah kita sudah mengakui Allah sebagai Malikun Nas?

Karena Dia sebagai Pemelihara, Penguasa manusia, maka Dialah yang Ilah, Dialah Tuhan nya manusia – Ilahun Nas, Dialah yang pantas disembah dan dipuja, bagaimana caranya ialah dengan melaksanakan semua perintahnya antara lain sholat, puasa, membayar zakat , menyantuni anak fakir miskin, dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. Kepada Allahlah kita mohon perlindungan dari manusia, segala mara bahaya di dunia ini, dan selamat di akhirat nanti.

Apakah bahaya itu ?

“Dari kejahatan bisik bisikan dari si pengintai peluang ” (ayat 4)

Ialah orang yang selalu mengintai kita untuk mencari peluang, kelengahan kita, maka pada saat kita lengah masuklah dia dengan niatnya yang jelek itu dengan membisik bisikkan sesuatu kepada kita.

” Yang membisik bisikkan di dalam dada manusia ” (ayat 5)

Dia berbisik-bisik bukan terang-terangan, masuk ke dalam diri manusia secara halus sekali, dia numpang dalam aliran darah, masuk ke dalam jantung yang terletak di balik dada manusia, sehingga tidak disadari terpengaruhlah oleh bisikan itu.

Yang tadinya kita berniat akan sholat malam pada waktunya, tapi karena bisikan hati mengatakan “sayang kalau pertandingan bola piala eropa iniĀ  terlewati di malam yang indah ini “, sehingga jangankan sholat malam, akhirnya Subuh pun terlewati juga.

Semula akan membantu kerabat, tetangga yang anaknya kesulitan untuk beli buku sekolah, tiba-tiba bisikan hati mengatakan “kalau uang 300 ribu ini saya belikan celana jeans, alangkah senangnya saya “, padahal uang 300 ribu itu dapat menyelamatkan anak fakir miskin itu dari kebodohan, dan kalau anak itu nantinya jadi orang pandai bermanfaat bagi negara bangsa, maka kita akan dapatkan kiriman pahala dari Allah. Itulah yang dinamakan Amal Jariah.

Perasaan maju mundur inilah yang dinamakan was was. Kalau begitu siapa yang memasukkan bisikan ke dalam dada manusia yang kita sebut was-was itu? Ditegaskan di akhir surat ini yaitu terdiri “dari jin dan manusia ” (ayat 6). Ada yang secara halus sekali yaitu dari jin, dan ada yang kasar kasat mata, itulah dari manusia.

Ternyata yang membuat hati ini selalu gundah, gelisah, yang membuat gossip, fitnah yang menimbulkan kebencian adalah tidak lain jin dan manusia. Dua mahluk ini selalu ada dimana-mana, baik di rumah, di jalan, di kantor, bahkan di masjid pun, ada yang baik ada yang jelek perbuatannya. Dan Allah telah memberikan tuntunannya kepada kita semua untuk selalu mohon perlindungan kepadaNya, bukan kepada paranormal, bukan pada dukun, bukan pada penguasa, agar selamat dari gangguannya.

Semoga uraian Surat An-Nas yang kita baca di waktu sholat, setiap mau tidur, benar-benar dimengerti arti dan maknanya, sehingga menambah keteguhan, kemantapan dalam berserah diri kepadaNya.

Amien yaa Rabbal ‘Alamin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat