Daeng Soetigna, Bapak Angklung Indonesia

didiet2Kiriman : Didiet Priatmadji

Bagi yang pernah menyaksikan konser musik Yanni tentu tahu betapa megah, agung dan fenomenalnya “Santorini”.  Namun, bagaimana bila nomor klasik “Santorini” dibawakan dengan instrumen tradisional Sunda bernama Angklung?  Ya, bahkan nomor-nomor klasik seperti “Li Biamo Ne Lieti Calici from La Traviatta” karya Giuseppe Verdi, “Blue Danube Waltz” (Johan Strauss), “Air for G String”(Johan Sebastian Bach), dsb, dapat dimainkan dengan indahnya menggunakan alat musik Angklung, disamping tentu saja karya-karya musik asli Indonesia seperti “Jali-jali”, “Bengawan Solo” atau “Es Lilin”.

Untuk itu kita wajib berterima kasih kepada almarhum Daeng Soetigna, karena berkat kerja keras dan usahanya maka alat musik angklung yang tadinya hanya sebagai alat musik tradisional yang hanya memiliki beberapa tangga nada yang dibunyikan secara monoton, dibuat sedemikian rupa menjadi set angklung dengan nada-nada diatonis-kromatis sehingga mampu memainkan musik “barat”.

Continue reading “Daeng Soetigna, Bapak Angklung Indonesia”

WhatsApp chat