Untuk menyeberangi lautan, tak perlu menunggu selesai membangun bahtera yang besar dan sempurna. Dengan perahu sekecil apapun harusnya bisa dan berani melawan ombak lautan.
Demikian apa yang menjadi prinsip Prof Lazarus Tri Setyawanta* (52). Baginya, untuk melangkah dalam kehidupan tak perlu sempurna terlebih dahulu. Melainkan pelan-pelan dijalani sambil belajar dan menutupi yang masih kurang. “Kalau harus menunggu siap tidak akan jalan. Dijalani saja dahulu, nanti akan ada jalannya sendiri,” katanya kepada Tribun Jateng, Senin (8/9) petang.
Guru Besar Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu memegang erat dan menerapkan prinsip itu dalam semua lini kehidupannya. Termasuk perjalanannya karirnya hingga menjadi guru besar di bidang hukum internasional.
Dia mengatakan, menjadi dosen memang menjadi impiannya sejak kecil. Dulu, ayahnya adalah seorang guru STM dan kemudian bekerja sebagai seorang penjahit. Lantaran Lazarus muda adalah putra dari seorang penjahit, kuliah di Undip adalah hal yang tak mungkin baginya saat itu.
Meski begitu, dia bisa membuktikan bahwa persoalan ekonomi bukanlah penghalang. Dia pun mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya. Dia bahkan sering mendapat beasiswa selama kuliah.
“Modalnya cuma satu: mikir. Saya memang tak pintar, tetapi biasa-biasa saja. Tapi saya mau bersungguh-sungguh,” katanya.
Lelaki kelahiran Surakarta, 15 Mei 1962 itu mengatakan, semasa kuliah dia bahkan sering mencari uang saku sendiri. Jika masa liburan tiba, dia mendatangi sopir angkot jurusan Wonogiri-Solo untuk bergabung. Kebetulan dia sudah akrab dengan sopir itu, sehingga sesekali dia bisa menggantikan menyetir.
“Ya, semuanya itu harus dilakukan. Asalkan halal,” katanya.
Adapun, niatan Prof Lazarus untuk mencalonkan diri sebagai calon rektor Undip mulanya tak terpikirkan. Menurut dia, lantaran ada berbagai dorongan dari pihak lain dia akhirnya mencalonkan diri. Untuk itulah dia siap menerima berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Saat mencalonkan diri menjadi rektor Undip, istri Prof Lazarus bahkan tak tahu. Istrinya baru tahu saat koran menyebutkan nama Prof Lazarus terdaftar sebagai bakal calon rektor Undip untuk periode 2014-2018.
“Sekarang sudah tahu. Istri sangat mendukung dan mendoakan. Saya selalu berdoa dan meminta orang-orang terdekat saya untuk mendoakan yang terbaik,” katanya.
Menurut dia, siapapun yang akan menjadi rektor Undip nantinya adalah persoalan takdir. Jika dia ditakdirkan terpilih menjadi rektor, maka Prof Lazarus akan mengupayakan banyak perubahan untuk Undip dalam rangka menyongsong Undip yang dalam waktu dekat ini menjadi perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum (PTN-BH).
“Program besar saya nanti akan membenahi aturan sesuai PTN BH. Undip sebagai kampus riset unggul pada 2030. Undip juga akan mendirikan perusahan yang dimungkinkan dalam peraturan yang baru. Asal sesuai dengan Tridharma perguruan tinggi,” katanya.
Prof Lazarus juga sudah menyiapkan pemikiran strategis pengembangan Undip selama 25 tahun ke depan. Di antaranya, mendirikan Bank Undip/ Bank Undip Syariah, Undip TV, Universitas Alumni Undip dan gagasan-gagasan lainnya.
Sumber Tribun Jateng, 24 September 2014
* Lazarus Tri Setyawanta, Kasmaji81, eks 3-IPA-5