.
Kemarin pulang kantor sdh jam 19.30, pas menjelang Pancoran dari arah Semanggi, ada tukang topeng monyet di pinggir kanan jalan, tepatnya di kolong jembatan layang dekat pintu masuk tol menjelang Pancoran. Selang beberapa meter ada lagi, lalu ada lagi, total ada 3 monyet yang sempat kuperhatikan (gak bisa terlalu perhatikan monyet di pinggir jalan, karena konsentrasi harus ke jalan yang cukup padet dengan mobil dan motor).
Topeng monyet atau ledhek kethek di Jateng, atau tanjak (tandhak) bedhes di Jawa Timur, semacam sirkus tradisional kelas rakyat dengan memanfaatkan monyet sebagai pemain utama, kadang ditambah anjing kadang juga juga ular. Musiknya cukup bedug kecil ada yang plus “centhe”. Para pemain sirkus & alat musik cukup diangkut dengan pikulan, kecuali anjing, disuruh jalan sendiri (kasian deh, lu!). Kalau di kampung-kampung topmon (topeng monyet) selalu digemari anak-anak (dan juga orang dewasa) karena tingkah monyet yang menirukan manusia sungguh menggelikan (dan ternyata ulah manusia menirukan tingkah monyet juga tak kalah lucu – mis Tukul..).