Syafaat

Suatu hari terjadi pertengkaran rumah tangga antara perempuan merdeka Barirah dengan suaminya seorang budak, si suami masih cinta kepada istrinya, tapi Barirah sudah tidak cinta lagi. Akhirnya si suami itu memohon kepada Rasullullah sudilah kiranya mendamaikan dengan istrinya Barirah. Dipanggilnya Barirah oleh Rasul dan dibujuknya agar mau kembali rukun dengan suaminya,kemudian Barirah bertanya kepada Rasul :” Apakah ini perintah Rasul ?”. Rasullullah menjawab : ” Aku hanya semata-mata memberi jasa baik “. Tetapi Barirah tetap tidak mau kembali ke pada suaminya. (hadist Bukhari). Ternyata jasa baik Rasul menjadi perantrara ( = syafaat ) tidak diterima.  Syafaat bisa berarti memberikan jasa-jasa baik, menjadi penengah tapi tidak memutuskan.

Dalam hadist terkenal tentang Syafaat, bahwa Rasullullah di akhirat nanti akan membela dan memohon kepada Tuhan agar beberapa manusia dibebaskan dari tuntutan. Kalau kita ta’ziah kepada orang tua yang di tinggal mati anak nya, kita ucapkan ” Semoga anak saudara yang meninggal ini menjadi syafaat saudara di akhirat nanti “.  Disini syafaat berarti menolong meringankan azab siksaan si ayah yang diterimanya kelak di akhirat, karena si ayah sabar menghadapi kematian anaknya.

Misal, kita makan di warung, tapi uang kita kurang 1000 rp, lalu ada teman mengenapi kekurangan 1000 rp, perbuatan teman menggenapi itu juga dinamai Syafaat, sebab syafi’ artinya genap, lawan dari watri berarti ganjil. Jadi syafaat bisa berarti Menggenapi .

Contoh lain : seseorang berurusan dengan pejabat dan dipersulit, kebetulan kita kenal dengan pejabat itu, lalu kita menyediakan diri jadi perantara untuk bantu menyelesaikan masalah itu dan berhasil, perbuatan sebagai perantara itu juga dinamakan Syafaat. Tentunya masalah-masalah yang baik yang perlu dibantu. Syafaat bisa berarti Perantara.

“Barang siapa yang memberikan syafaat baik, niscaya dia akan memperoleh keuntungan dari padanya. Dan barang siapa yang memberikan syafaat yang buruk, niscaya dia akan menanggungkan dari padanya.Dan Allah atas tiap-tiap sesuatu adalah serba sanggup”. ( QS Anisa, ayat 85)

Dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di kantor kadang kala terjadi perselisihan antara tetangga, antara teman sekantor sehingga timbullah disharmoni dalam pergaulan, Islam mengajarkan barang siapa sudi menjadi penengah kepada orang yang berselisih, atau sudi memberikan jasa-jasa baik kepada orang yang sedang bertengkar, dengan jujur tanpa pamrih, niscaya Allah akan memberikan keuntungan pahala, terutama keuntungan budi. Sebaliknya jika menyalah gunakan syafaat, misalnya  ingin membantu menyelesaikan masalah, tapi ujung-ujungnya minta imbalan uang, misal menjadi perantara mempertemukan orang untuk berbuat zina, korupsi, maka perbuatan orang tersebut akan menanggung dosa atas ketidakjujurannya itu.

Syafaat yang baik disebut Nashib artinya keuntungan pahala, sedang syafaat yang buruk disebut Kiflun artinya menanggung akibat perbuatan buruk. Allah sanggup dan berkuasa memberikan pahala bagi yang memberikan syafaat yang baik, dan memberikan siksaan bagi yang memberikan syafaat yang buruk.

Dalam suatu riwayat bahwa Masruq memberikan syafaat jasa baik kepada seseorang, sehingga usaha Masruq itu berhasil baik, oleh orang itu sebagai tanda ucapan terimakasih, dihadiahkan seorang budak perempuan kepada Masruq. Bukan main marahnya Masruq menerima hadiah itu dan dia kembalikan hadiah saat itu juga, sambil berkata : “Kalau dulu aku tahu apa yang ada dalam hatimu, niscaya tidaklah akan aku urus hajadmu itu “.  Jelaslah bahwa Masruq menolong hanya semata mata karena Allah, bukan ada udang di balik batu.

Rasulullah berkata :” Barang siapa yang memeberikan syafaat kepada saudaranya, dan saudaranya memberinya hadiah, lalu diterimanya, maka sesungguhnya dia telah membuka satu pintu besar dari pada pintu-pintu dosa besar ”  ( dirawitkan oleh Abu Daud dari pada Abu Umamah ).

Patutlah kita perhatikan hadist ini, sangguplah kita menempuh jalan iman seperti ini dalam kehidupan sehari-hari ? Hadist ini menunjukkan seseorang yang menolong orang lain dengan menggunakan jasa-jasa baik dengan pengaruhnya, jabatannya, wewenangnya sehingga urusan orang itu menjadi mudah dan berhasil lancar, lalu orang yang ditolongnya itu memberikan hadiah kepadanya. Kalau hadiah itu diterimanya, berarti dia telah membuka suatu pintu dari pintu pintu dosa besar, itulah yang sering dinamakan uang pelicin, uang semir, rasywah ( uang pelancar urusan ). alangkah jauhnya dari budi Islam !

Apa artinya jasa baik, kalau sudah mulai dibayar dengan uang !

Dalam situasi sekarang ini banyak orang yang mengaburkan rasywah/uang pelicin dengan pemberian sebagai tanda ucapan terimakasih. Biasanya pemberian sebagai tanda ucapan terimakasih itu ada maksudnya, yaitu harapan supaya di kemudian hari dipermudah dan diperlancar urusannya. Itulah awal terjadinya kolusi, korupsi.

Teringatlah akan kisah sahabat Rasullullah yaitu orang Anshar di Madinah, mereka begitu Ikhlas menyambut dan membantu para kaum Muhajirin, sehingga Al-Qur’an memberikan pujian kepada kaum Anshar (QS al-Hasyr, ayat 9). Qais bin Sa’ad bin ‘Ubadah adalah seorang putra Anshar yang sangat terkenal dermawan, banyak orang yang terdesak ekonominya berhutang kepadanya dan diberinya hutang, kadang kadang hutang itu tidak terbayar dan beliau tidak menagihnya. Suatu hari Qais jatuh sakit berat, dia heran kenapa orang-orang tidak ada yang datang menjenguknya. Ditanyalah anaknya kenapa tidak ada yang menjenguknya, kemudian anaknya menjawab kalau mereka tidak menjenguk karena malu, karena mereka banyak berhutang kepada bapak ( Qais ) dan belum terbayar hutang itu. Mendengar itu, Qais berkata :” Celakalah harta benda kalau itu akan menghambat ikhwan berziarah”.  Selah itu Qais menyuruh mengumumkan kalau mulai hari ini semua yang masih mempunyai hutang kepadanya di bebaskan, tak usah di bayar. Menengar seruan itu, belum hari petang rumah Qais penuh sesak dengan orang-orang yang ingin berziarah, sampai-sampai tiang rumahnya patah karena banyaknya orang yang datang. Setelah itu tambah terkenalah kedermawanan Qais bin Sa’ad.

Qais bin Sa’ad adalah contoh pengemban syafaat yang didasari keimanan kepada Allah, tanpa pamrih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp chat