Selamat Ulangtahun

Seorang teman menulis, kalau ada teman yang berulangtahun rasanya ada “beban moral” kalau tidak ikut mengucapkan. Sementara di pihak lain, yang berulangtahun juga merasa sungkan kalau tidak membalas. Apalagi kalau dengan menyebut satu persatu nama, ternyata ada yang tercecer belum disebut.

Budaya birthday greetings ada di keluarga besar kami, sejak zaman pos menggunakan perangko, berlanjut hingga SMS, mailing list, BBM dan aneka media sosial yang ada sekarang. Setahu saya, saling kirim ucapan ini juga berlaku di (hampir) semua komunitas yang saya ada di dalamnya. Tidak ada yang mewajibkan untuk ikut menyampaikan salam, demikian pula tidak ada hukumnya untuk membalas atau tidak membalas. Yen kober monggo, yen ora selo nggih mboten nopo-nopo.

Bagi saya pribadi, birthday/anniversary greetings menjadi salah satu sarana silaturahmi. Memberi perhatian dan menyampaikan penghargaan bagi yang berulangtahun di hari spesialnya. Kalau ada waktu lebih longgar kadang bisa disisipkan foto, grafis, atau ucapan yang berima, bukan ucapan copyan atau forward dari teman. Kalau sedang buru-buru, cukup “HBD, WYATB, TQVM.”

Apapun bentuknya, itu wujud perhatian, doa, dan harapan. Kalau pun ucapannya berupa kopipas atau forward dari teman, mungkin saja karena ucapan yang dikutip bagus dan sesuai. In-syaa Allah baik karya sendiri atau kutipan. yang kirim ucapan ikhlas mengirim doa melalui salam ulangtahunnya.

Bagi yang menerima ucapan, mudah-mudahan berondongan salam ulangtahun tidak menjadi beban atau tugas tambahan (untuk membalas). Mau disebut satu persatu atau massal, tentu sama-sama bisa dimaklumi.

Jadi, janganlah merasa ada “beban moral” saat mengirim atau menerima ucapan selamat ulangtahun (kalau pas ulangtahun nggak ada yang ngucapin ntar sepi, lho…. ). 😀 Mudah-mudahan, baik pengirim dan penerima salam sama-sama mendapatkan barokah atas tetap terjalinnya silaturahim (melalui birthday greetings).

Barakallah fii umrik